Halaman
ii
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang
Antropologi Kontekstual XI
Program Bahasa Untuk SMA & MA
Penulis
:
Supriyanto
Editor
:
Rudi Hermawan
Setting/Lay Out
:
Heswati & Tanti
Perwajahan
:
Wahyudin Miftakhul Anwar
Ilustrator
:
Adi Wahyono
Sumber Sampul
:
http://www.tuwien.ac.at
Ukuran Buku
:
17,6 x 25 cm
Hak Cipta Buku ini dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional
dari Penerbit
CV Mediatama
Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 200
9.
Diperbanyak oleh ...
301.07
SUP
SUPRIYANTO
a
Antropologi Kontekstual : Untuk SMA dan MA Program Bahasa
Kelas XI / penulis, Supriyanto ; editor, Rudi Hermawan ;
ilustrator,Adi Wahyono. — Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
viii, 19
3
hlm. : ilus. ; 25 cm.
Bibliografi : hlm. 187-188
Indeks
: hlm. 189-192
ISBN 978-979-068-229-0 (no. jilid lengkap)
ISBN 978-979-068-231-
3
1. Antropologi-Studi dan Pengajaran I. Judul
II. Rudi
Hermawan III. Adi Wahyono, IV. Judul
iii
Kata Sambutan
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya,
Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah
membeli hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis/penerbit untuk disebarluaskan
kepada masyarakat melalui situs internet (
website
) Jaringan Pendidikan Nasional.
Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan
telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk
digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 27 Tahun 2007 tanggal 25 Juli 2007.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penulis/
penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen
Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para siswa dan guru di seluruh
Indonesia.
Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen
Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (
down load
)
,
digandakan, dicetak, dialihmediakan,
atau difotokopi oleh masyarakat. Namun, untuk penggandaan yang bersifat komersial
harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Diharapkan bahwa buku teks pelajaran ini akan lebih mudah diakses sehingga siswa
dan guru di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri
dapat memanfaatkan sumber belajar ini.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para siswa
kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah buku ini sebaik-baiknya. Kami
menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran
dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta, Pebruari 2009
Kepala Pusat Perbukuan
iv
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan buku Antropologi Kontekstual XI Program Bahasa untuk
Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah.
Materi disajikan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, serta
setiap kajian dilengkapi dengan arahan tugas dan kegiatan yang dapat
dilakukan siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari. Soal-soal latihan juga diberikan guna
mengetahui sejauh mana siswa mencapai kompetensinya.
Penyusun telah berupaya semaksimal mungkin untuk berkarya
dengan harapan buku ini dapat digunakan sebagai pegangan guru dan
siswa dalam proses pembelajarannya, khususnya untuk materi
Antropologi. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih dan rasa
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada guru dan siswa yang
menggunakan buku ini. Kritik dan saran yang membangun akan sangat
membantu kami demi kesempurnaan buku ini.
Surakarta, Juni 2007
Tim Penyusun
v
Sistematika dan Cara Menggunakan Buku
Supaya kalian dapat menggunakan buku ini dengan efektif, ikutilah
petunjuk berikut ini.
1.
Pahamilah tujuan pembelajaran tiap bab dengan baik.
2.
Bacalah peta konsep pada tiap awal bab, karena akan
memudahkan kalian dalam memahami keruntutan isi materi
secara keseluruhan.
3.
Untuk membantu mengingat konsep-konsep penting dalam tiap
bab terdapat kata kunci.
4.
Untuk memudahkan dalam memahami suatu pembahasan,
kalian akan dibantu dengan gambar-gambar sebagai
pendukung penyajian.
5.
Untuk mengasah kecerdasan berpikir, maka kalian akan
diberikan kolom-kolom khusus, antara lain:
a.
Investigasi Budaya Berisi studi kasus melalui gambar-
gambar yang merupakan kenyataan yang ada dalam
masyarakat. Kalian dipacu dan dimotivasi untuk
mengembangkan diri melalui berbagai studi kasus yang
diberikan dan bersifat operasional.
b.
Analogi Budaya Berisi masalah-masalah sosial yang
disajikan kepada kalian untuk merangsang dan
mengembangkan diri. Soal-soal dan perintah yang
diberikan bersifat operasional dan memacu kemampuan
berpikir dan kepekaan sosial kalian.
c.
Wahana Antropologi Berisi pengetahuan umum yang
bersifat antropologis dan menambah wawasan untuk
berpikir kritis sehingga kalian dapat bersikap arif dan
bijaksana dalam mengatasi berbagai persoalan sosial yang
ada.
6.
Pada tiap akhir bab ada rangkuman untuk memudahkan kalian
mengingat dan menyimpulkan isi materi yang telah dibahas.
7.
Uji kompetensi dan Latihan soal-soal semester berguna untuk
mengukur sejauh mana tingkat pemahaman kalian terhadap
materi yang telah dibahas.
Katalog Dalam Terbitan (KDT) .........................................................
ii
Kata Sam
butan .....................................................................................
iii
Kata Peng
antar ......................................................................................
iv
Sistematika dan Cara Menggunakan Buku ...................................
v
Daftar Isi
.............................................................................................
vi
Bab I Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya ..........................
1
A. Budaya Lokal .....................................................................
3
B.
Pengaruh Budaya Asing
....................................................
10
C. Hubungan Antar Budaya ..................................................
16
D. Kebudayaan Nasional Indonesia
......................................
21
E.
Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk
........................
23
F.
Mewujudkan Masyarakat Multikultural
.........................
27
G. Relativitas Budaya
..............................................................
30
H. Akibat Keberagaman Budaya di Indonesia
.....................
32
I.
Alternatif Penyelesaian Akibat Keberagaman Budaya
Melalui Interaksi Lintas Budaya
.......................................
33
J.
Sikap dalam Menanggapi Keberagaman Budaya
..........
37
K. Pengembangan Sikap Toleransi dan Empati Sosial
Terhadap Keberagaman Budaya di Indonesia
.................
39
Uji Kompetensi .....................................................................................
43
Bab II Dinamika dan Pewarisan Budaya .......................................
47
A. Apa itu Kebudayaan ..........................................................
49
B.
Unsur-unsur Budaya
.........................................................
52
C. Bahasa
.................................................................................
59
D. Seni ......................................................................................
63
E.
Agama/Religi/Kepercayaan
...............................................
65
F.
Hubungan Bahasa, Seni, dan Agama/Religi/
Kepercayaan .......................................................................
67
G. Fungsi Bahasa, Seni, dan Agama/Religi/Kepercayaan ...
70
H. Dinamika Kebudayaan
......................................................
77
I.
Faktor Pendorong Dinamika Kebudayaan
......................
83
J.
Integrasi Nasional ...............................................................
89
K. Faktor Pendorong Integrasi Nasional ...............................
90
L.
Faktor Penghambat Integrasi Nasional ............................
91
vii
Daftar Isi
M. Pewarisan Budaya
..............................................................
93
N. Proses Pewarisan Budaya pada Masyarakat
Tradisional ........................................................................... 101
O. Proses Pewarisan Budaya pada Masyarakat Modern
..... 105
P.
Perbandingan Proses Pewarisan Budaya pada
Masyarakat Tradisional dan Modern
............................... 106
Uji Kompetensi ..................................................................................... 111
Latihan Soal-soal Semester I .............................................................. 114
Bab III Kesamaan dan Keragaman Bahasa dan Dialek ................ 117
A. Pengertian Bahasa
.............................................................. 119
B.
Dialek
.................................................................................. 126
C. Bahasa d
an Dialek
.............................................................. 133
D. Bahasa Membentuk Dialek
............................................... 136
E.
Dialek Membentuk Bahasa
............................................... 138
F.
Kegunaan Bahasa
............................................................... 140
G. Tradisi Lisan ........................................................................ 146
H. Contoh-contoh Tradisi Lisan .............................................. 150
I.
Asal-Usul Bahasa Dunia
.................................................... 157
J.
Asal-Usul Bahasa di Indonesia
.......................................... 160
K. Sikap dan Kepedulian Terhadap Bahasa, Dialek, dan
Tradisi Lisan ........................................................................ 166
L.
Keadaan Bahasa, Dialek, dan Tradisi Lisan
..................... 169
M. Mengembangkan Sikap Kepedulian Terhadap Bahasa,
Dialek, dan Tradisi Lisan
................................................... 173
Uji Kompetensi ..................................................................................... 176
Latihan Soal-soal Semester II ............................................................ 179
Latihan Soal-soal Akhir Tahun ......................................................... 181
Glosarium ............................................................................................. 184
Daftar Pustaka ...................................................................................... 187
Indeks
............................................................................................. 189
viii
viii
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
1
Tujuan Pembelajaran:
Sesudah kalian aktif mengikuti pokok bahasan dalam bab ini, diharapkan kalian dapat mengenal
berbagai budaya lokal, potensi keberagaman budaya yang ada di masyarakat, mengerti dan
memahami cara-cara menyelesaikan masalah akibat adanya keberagaman budaya, dan dapat
menunjukkan sikap toleransi terhadap budaya.
Kesamaan dan
Keanekaragaman Budaya
Bab I
Peta konsep berikut memudahkan kalian dalam mempelajari materi pada bab ini!
Supaya kalian lebih mudah untuk memahami pokok bahasan dalam bab ini, pelajari dan ingatlah
beberapa kata kuncinya!
Kata Kunci
1.
Kebudayaan
4.
Kekerabatan
2.
Masyarakat
5.
Masyarakat majemuk
3.
Norma
6.
Masyarakat multikultural
Kesamaan dan
Keanekaragaman Budaya
Budaya Lokal
Interaksi Lintas Budaya
meliputi
Pengaruh Budaya Asing
Hubungan Antar Budaya
saling berhubungan dan memengaruhi
Indonesia Masyarakat Majemuk
Masyarakat Multikultural
dalam lingkup
menuju
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
2
Apakah kalian mengenal dan senang dengan berbagai macam budaya
yang ada di daerah tempat tinggal kalian? Tentunya kalian kenal dan
menyenanginya. Budaya tersebut pasti kalian terapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Pernahkah kalian pergi ke beberapa daerah lain? Apakah kalian
melihat ada beberapa kebiasaan, adat yang berbeda? Pasti kalian bertanya-
tanya kenapa di beberapa tempat memiliki budaya dan kebiasaan yang
berbeda-beda.
Menarik sekali bukan? Kalian tentunya senang berkeliling dan
berkunjung ke beberapa daerah dan mengetahui berbagai macam budaya
daerah setempat yang berbeda-beda. Kalian akan mendapatkan
pengalaman dan pengetahuan yang banyak.
Untuk itu cobalah untuk mengenal beberapa budaya lokal dari
beberapa daerah sebagai salah satu kekayaan budaya bangsa.
Sumber:
Indonesian Heritage 8
Gambar 1.1
Keanekaragaman budaya merupakan salah satu potensi dan
kekayaan budaya bangsa Indonesia
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
3
Menurut kalian apa yang dimaksud dengan budaya lokal? apakah
kalian sudah memahaminya? Untuk lebih jelasnya, coba simaklah
pengertian budaya lokal berikut ini kemudian bandingkan dengan
pemahaman kalian sebelumnya!
Budaya lokal sama artinya dengan budaya daerah. Contohnya adalah
budaya daerah Jakarta, budaya daerah Makassar, budaya daerah Medan,
budaya daerah Samarinda, budaya daerah Bandung, budaya daerah
Semarang, budaya daerah Surabaya, dan sebagainya. Kebudayaan daerah
adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah
dengan didukung oleh anggota masyarakat yang lebih luas yang terdiri
dari berbagai suku bangsa (Zulyani Hidayah, 1998).
Budaya daerah Jakarta adalah kebudayaan yang tumbuh dan
berkembang di daerah Jakarta yang didukung oleh anggota masyarakat
Jakarta yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Demikian juga halnya
dengan budaya daerah Medan, budaya daerah Bandung, budaya daerah
Semarang, budaya daerah Surabaya, budaya daerah Samarinda, budaya
daerah Makassar, dan sebagainya.
Menurut Koentjaraningrat (1989), suku bangsa adalah merupakan
kelompok sosial atau kesatuan hidup manusia yang mempunyai sistem
interaksi, sistem norma yang mengatur interaksi tersebut, adanya
kontinuitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya
serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri. Suku bangsa adalah suatu
kelompok yang berada dalam suatu kelompok sosial yang lebih besar.
Menurut pemahaman kalian selama
ini, apakah budaya daerah sama dengan
budaya suku bangsa? Tentu jawabannya
bisa sama bisa juga tidak sama. Pada
daerah-daerah pelosok dan pedesaan
yang belum begitu maju tentu saja
budaya daerah dan budaya suku bangsa
merujuk pada budaya yang sama.
Contohnya; budaya suku bangsa Sentani
dan budaya daerah Sentani merujuk
pada budaya yang sama, Suku bangsa
Sentano bermukim di Kecamatan
A.
Budaya Lokal
Gambar 1.2
Salah satu budaya lokal
yang masih ada sampai sekarang yaitu
upacara dengan tumpeng nasi
Sumber:
Suara merdeka 16 Juli 2006
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
4
Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Hampir semua penduduk
Sentani adalah suku bangsa Sentani sehingga budaya yang tumbuh dan
berkembang di daerah Sentani sama dengan budaya suku bangsa Sentani.
Coba kalian ikuti pembahasan berikut ini maka kalian akan mendapatkan
wawasan keanekaragaman budaya.
Pada daerah-daerah yang sudah maju, seperti kota-kota besar di
Indonesia, budaya daerah tidak sama dengan budaya suku bangsa.
Contohnya budaya daerah Jakarta tidak sama dengan budaya Betawi,
Budaya Betawi tumbuh dan berkembang pada suku bangsa Betawi
sedangkan wilayah budaya daerah Jakarta adalah budaya yang tumbuh
dan berkembang di Jakarta serta dapat didukung oleh orang-orang yang
berasal dari berbagai suku bangsa yang berbeda-beda. Dengan demikian
budaya daerah Jakarta adalah perpaduan dari berbagai budaya dari para
pendukung budaya yang bermukim di Jakarta, sehingga budaya Jakarta
berbeda dengan budaya Betawi. Begitu juga halnya dengan kota-kota besar
lainnya di Indonesia.
1.
Contoh-contoh Budaya Lokal
Berdasarkan daerahnya, wilayah Indonesia menurut Koentjaraningrat
(1999) terdiri dari beberapa budaya lokal, yaitu :
a
.
Tipe masyarakat berdasarkan sistem berkebun yang sangat sederhana,
dengan keladi dan ubi jalar sebagai tanaman pokoknya dalam
kombinasi dengan berburu dan meramu. Penanaman padi tidak
dibiasakan, sistem dasar kemasyarakatannya berupa desa terpencil
tanpa diferensiasi dan stratifikasi yang berarti; gelombang pengaruh
kebudayaan menanam padi, kebudayaan perunggu, kebudayaan
Hindu dan agama Islam tidak dialami. Isolasi tersebut akhirnya dibuka
oleh
zending
atau
missie
.
Investigasi Budaya:
Coba tumbuhkan orientasi kecakapan pada diri kalian dan kembangkan
rasa keingintahuan
Lakukan pengamatan terhadap beberapa budaya lokal yang ada di
beberapa daerah yang berbeda. Nilai-nilai apa yang dapat kalian
tangkap dan ketahui dari beberapa budaya lokal tersebut. Serta
mengapa masyarakat tersebut masih melestarikannya.
Amatilah dengan cermat dan teliti!
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
5
Contoh budaya lokal berdasarkan sistem berkebun yang sangat
sederhana ini terdapat pada kebudayaan Mentawai dan penduduk
Pantai Utara Papua.
b.
Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan
bercocok tanam di ladang atau di sawah
dengan padi sebagai tanaman pokok.
Sistem dasar kemasyarakatannya
berupa komunitas petani dengan
diferensiasi dan stratifikasi sosial yang
sedang dan yang merasa bagian bawah
dari suatu kebudayaan yang lebih
besar dengan suatu bagian atas yang
dianggap lebih halus dan beradab di
dalam masyarakat kota. Masyarakat
kota yang menjadi arah orientasinya
itu, mewujudkan suatu peradaban
kepegawaian yang dibawa oleh sistem
pemerintahan kolonial beserta
zending
dan
missie
, atau oleh pemerintah
Republik Indonesia yang merdeka,
gelombang pengaruh kebudayaan
Hindu dan agama Islam tidak dialami.
Contoh budaya lokal berdasarkan tipe masyarakat pedesaan
bercocok tanam terdapat pada kebudayaan Nias, Batak, penduduk
Kalimantan Tengah, Minahasa, Flores dan Ambon.
c.
Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di
sawah dengan padi sebagai tanaman pokoknya. Sistem dasar
kemasyarakatannya berupa komunitas petani dengan diferensiasi dan
stratifikasi sosial yang agak sempit. Masyarakat kota yang menjadikan
arah orientasinya mewujudkan suatu bekas kerajaan pertanian
bercampur dengan peradaban kepegawaian yang di bawa oleh sistem
pemerintahan kolonial. Pada tipe masyarakat ini, semua gelombang
pengaruh kebudayaan asing dialami, gelombang pengaruh agama
Islam dialami sejak setengah abad terakhir ini.
Contoh budaya lokal berdasar-kan tipe masyarakat bercocok
tanam dengan diferensiasi dan stratifikasi sosial yang agak kompleks
terdapat pada kebudayaan Sunda, Jawa, dan Bali.
d.
Tipe masyarakat perkotaan yang mempunyai ciri-ciri pusat peme-
rintahan dengan sektor perdagangan dan industri yang lemah.
Gambar 1.3
Pada
masyarakat pedesaan biasanya
bercocok tanam padi sebagai
tanaman pokok
Sumber:
http/blontakpoer.blogsome.com
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
6
Contoh budaya lokal dengan tipe
masyarakat perkotaan terdapat pada
kota-kota kabupaten dan provinsi-
provinsi di Indonesia.
e.
Tipe masyarakat metropolitan yang
mulai mengembangkan suatu sektor
perdagangan dan industri yang agak
berarti, tetapi masih didominasi oleh
aktivitas kehidupan pemerintahan,
dengan suatu sektor kepegawaian yang
luas dan dengan kesibukan politik di tingkat daerah maupun nasional.
Contoh budaya lokal dengan tipe masyarakat metropolitan terdapat
pada kebudayaan di daerah Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang,
Medan, Palembang, dan lain-lain.
Sangat sukar untuk menentukan secara pasti jumlah suku bangsa
Indonesia. Kesulitan itu bersumber dari tolak ukur yang digunakan dalam
menentukan suku bangsa. Banyak tolak ukur yang dapat digunakan dan
penggunaan masing-masing tolak ukur akan menghasilkan jumlah suku
bangsa Indonesia yang berbeda-beda. Zulyani Hidayah dalam buku
Ensiklopedi Suku Bangsa Indonesia (1999) mengidentifikasi setidaknya ada
656 suku bangsa Indonesia. Sedangkan menurut MA Jaspen yang dikutip
oleh Suriakusumah, dkk (1999:7.19) dengan menggunakan tolak ukur
bahasa daerah, kebudayaan serta susunan masyarakat menyebutkan bahwa
di Indonesia terdapat 364 suku bangsa, dengan perincian sebagai berikut:
1.
Sumatra
:
47 suku bangsa
2.
Jawa
:
7 suku bangsa
3.
Kalimantan
:
73 suku bangsa
4.
Sulawesi
:
116 suku bangsa
5.
Nusa Tenggara
:
31 suku bangsa
6.
Maluku Ambon
:
41 suku bangsa
7.
Irian Jaya (Papua)
:
49 suku bangsa
Investigasi Budaya:
Coba kembangkan keingintahuan kalian
Coba diskusikan dengan teman-teman kalian mengapa di Jakarta
terdapat berbagai macam budaya! Kemudian menurut kalian
bagaimana solusi untuk meningkatkan integrasi nasional dengan
keanekaragaman tipe masyarakat yang ada sekarang ini?
Gambar 1.4
Sektor
perdagangan dan industri banyak
terdapat di perkotaan
Sumber:
http/blontakpoer.blogsome.com
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
7
Setiap suku bangsa memiliki budaya yang unik dan khas. Sekarang
dapat kalian bayangkan betapa beraneka ragamnya budaya bangsa
Indonesia.
Berikut ini disarikan kehidupan beberapa suku bangsa Indonesia yang
menggambarkan kebudayaan suku bangsa yang bersangkutan, dikutip dari
buku Zulyani Hidayah (1999).
a.
Suku bangsa Aceh
Suku bangsa Aceh merupakan hasil pembauran beberapa bangsa
pendatang dengan beberapa suku bangsa asli di Sumatera, yaitu dari Arab,
India, Persia, Turki, Melayu, Minangkabau, Nias, Jawa, dan lain-lain.
Asimilasi suku bangsa Aceh dengan suku bangsa lain melahirkan suku
bangsa baru, yaitu suku bangsa Aneuk Jame dan Singkil. Daerah yang
didiami suku bangsa Aceh biasa disebut dengan Serambi Mekah karena
Aceh adalah pintu gerbang pertama masuknya agama Islam ke Indonesia,
yaitu sekitar abad ke 12 – 14 Masehi. Lebar (1964) membagi suku bangsa
Aceh menjadi orang Aceh pegunungan (
ureung gunong
) dan orang Aceh
daratan (
ureung baroh
).
Masyarakat Aceh sebagian besar hidup dari mata pencaharian
bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Sebagian ada pula yang
berkebun kelapa, cengkeh, kopi, lada, kelapa sawit, dan lain-lain. Mereka
yang bermukim di pesisir pantai atau sungai pada umumnya bekerja
sebagai nelayan. Bahasa Aceh termasuk ke dalam rumpun bahasa
Austronesia. Bahasa Aceh terdiri dari beberapa dialek, seperti dialek Pidie,
Meulaboh, Matang, Aceh Besar dan Tunong.
Bentuk kelompok kekerabatan yang utama dalam masyarakat Aceh
adalah keluarga inti, karena umumnya anggota rumah tangga terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anaknya saja. Prinsip garis keturunannya adalah
bilineal. Kerabatan dari pihak ayah disebut
wali
atau
biek
, sedangkan
kerabat dari ibu disebut
karong
atau
koy
.
Bentuk pemukiman yang menjadi dasar kesatuan hidup komunalnya
disebut
gampong
(kampung atau desa) yang umumnya terletak di pesisir
dan dekat aliran sungai, selebihnya tersebar di daerah perbukitan, lembah,
dan pinggir hutan. Di setiap
gampong
ada sebuah
meunasah
(madrasah)
atau
dayah
(pesantren) dan
meusegit
(masjid). Orang Aceh adalah penganut
agama Islam yang taat. Meskipun begitu, di antara mereka ada yang masih
menjalankan praktik kepercayaan animisme dan dinamisme.
Kesenian Aceh banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam, namun
telah dikembangkan dan disesuaikan dengan lingkungan sosial budaya
Aceh sendiri. Seni kaligrafi Arab juga banyak berkembang di daerah ini,
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
8
seperti terlihat pada berbagai ukiran dan pada relief masjid, rumah dan
surau mereka. Seni tari yang terkenal dari Aceh adalah seudati, seudati
inong dan seudati tunang.
b.
Suku bangsa Baduy
Orang Baduy dianggap juga sebagai bagian dari suku bangsa Sunda
karena sebagian besar unsur budaya dan bahasanya sama dengan
kebudayaan Sunda. Masyarakat Baduy terbagi ke dalam dua kelompok,
yaitu kelompok Baduy Dalam yang disebut juga
Urang Kejeroan
dan
kelompok Baduy Luar yang disebut juga
Urang Kaluaran
atau
Urang
Panamping
. Bahasa yang digunakan orang Baduy adalah bahasa Sunda
dialek Rangkas, yang dianggap sebagai bahasa Sunda Kasar, karena tidak
memakai undak-usuk bahasa (gaya bahasa untuk membedakan golongan
lawan bicara), tetapi ada tekanan dalam pengucapan untuk membedakan
arti. Orang Baduy sangat mematuhi larangan memakai kata-kata buyut
(tabu).
Sumber:
Reflection of Quality, 13 Januari 1993
Gambar 1.5
Salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia adalah suku bangsa Baduy
Mata pencaharian utama masyarakat Baduy adalah berladang, tebang
dan bakar hutan untuk menanam padi. Perladangan ini mereka sebut
pahumaan (bertanam padi di huma atau ladang). Kesatuan kerja pengolah
huma adalah keluarga inti. Mata pencaharian mereka selain berladang
adalah mencari kayu dan hasil hutan.
Prinsip hubungan kekerabatan orang Baduy adalah bilateral,
meskipun bentuk garis keturunan patrilineal kadang-kadang lebih
dominan, ini nampak pada pemakaian nama ayah di belakang nama
seseorang. Keluarga inti tinggal di rumah sendiri, tetapi pada awal masa
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
9
perkawinan mereka masih tinggal di rumah orang tua pengantin
perempuan. Perkawinan ideal pada masyarakat Baduy adalah perkawinan
antarsaudara sepupu, tetapi pengantin laki-laki syaratnya harus anak
saudara lelaki tertua (kakak), syarat ini disebut
ngorakeun kolot
.
Pemimpin masyarakat Baduy secara adat dan spiritual adalah seorang
pu’un
yang berkedudukan di wilayah
kajeroan
yang sering pula disebut
tangtu
atau Baduy Dalam. Orang Baduy nampaknya juga mempunyai
pelapisan sosial.
Pertama
adalah kelompok
pu’un
dan kerabatnya.
Kedua
kelompok pembantu pu’un seperti
baeresan
,
tangkesan
,
jaro tangtu
,
jaro
dangka
dan
palawari
.
Ketiga
kelompok pemimpin formal seperti lurah dan
para pembantunya, jaro pareman (bekas kepala kampung) dan dukun
kemudian orang Baduy Panamping dan yang terakhir orang Baduy
Dangka.
Orang Baduy menganut agama yang mereka sebut dengan Sunda
Wiwitan, yaitu kepercayaan yang mengakui agama Islam, tetapi tidak
menjalankan ajarannya sebaliknya, tetap menjalankan kepercayaan dan
memegang teguh adat istiadat aslinya. Mereka memuja Batara Tujuh dan
roh kakek moyang yang mereka sebut Karuhun atau Wangatua atau para
Munggu. Selain itu, juga memuja dewi padi (Pohaci Sanghyang Asri).
c . Suku bangsa Sikka
Suku bangsa Sikka berdiam di daerah antara Lio dan Larantuka,
Kabupaten Sikka, daratan Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Nama Sikka kemungkinan berasal dari kerajaan Sikka yang pernah
berdiri. Mereka menyebut dirinya dengan Ata Sikka (Orang Sikka). Bahasa
mereka sangat dekat dengan bahasa penduduk di Pulau Solor, yaitu sama-
sama kelas bahasa Ambon-Timor dari kelompok bahasa Papuan.
Kehidupan ekonomi orang Sikka sangat tergantung kepada
perladangan dengan tanaman pokok padi dan jagung, ditambah dengan
singkong, sorgum dan ubi jalar manis. Sebagian kecil juga beternak sapi,
kambing, kuda, itik, dan ayam. Penduduk yang tinggal dekat pantai bisa
pula menangkap ikan, tetapi mereka bukan masyarakat nelayan yang
menggantungkan hidup dari hasil laut.
Pola perkampungan tradisional mereka memanfaatkan daerah
perbukitan dan lembah yang strategis untuk keamanan, kampung
tradisional tersebut memusat pada sebuah batu altar persembahan yang
disebut
mahe
. Dalam kampung terdapat sebuah rumah adat yang disebut
woga
, yaitu semacam rumah bujang tempat upacara-upacara adat dan
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
10
keagamaan, seperti tradisi bersunat. Sekarang sebagian sudah membuat
pemukiman dengan pola mengikuti alur jalan raya dan ditandai oleh
sebuah bangunan gereja sebagai pusat keagamaan warga.
Masyarakat Sikka Barat cenderung menganut hubungan patrilineal,
sedangkan orang Sikka Timur lebih fleksibel dengan kekerabatan
ambilinealnya, di mana anak-anak mengikuti garis keturunan dari
kelompok keluarga luas ke mana orang tua mereka menetap. Orang Sikka
sangat mengutamakan keluarga luas. Orang Sikka Barat menyebutnya
dengan nama
ku’at
atau
ku’at wungung
, dan orang Sikka Timur
menamainya dengan
suku
.
Agama Katolik sudah masuk ke dalam masyarakat Sikka sejak zaman
raja-raja Sikka dulu, sehingga kehidupan seremonial sudah sejak lama pula
diwarnai oleh ritus Katolik. Religi tradisional orang Sikka adalah
kepercayaan kepada dewa-dewa. Dewa utama adalah pasangan Lero
Wulang dan Niang Tana, yaitu simbol bulan-matahari dan bumi. Selain
itu ada pula dewa-dewa yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan
kematian. Ritus religi lama yang mengharuskan setiap remaja lelaki
disunat sudah tidak ada lagi sejak Ritus Katolik mereka terima sepenuhnya.
B. Pengaruh Budaya Asing
Coba kalian amati budaya yang berkembang di lingkungan sekitar
kalian sekarang ini. Apakah budaya tersebut benar-benar asli dari daerah
tempat tinggal kalian atau sudah tercampur dengan pengaruh budaya
asing? Dalam benak kalian tentunya timbul pertanyaan, mengapa budaya
asing yang berasal dari luar dapat berkembang di lingkungan sekitar
tempat tinggal kalian?
Ada fakta yang selalu membuat penasaran para Antropolog, yaitu
terdapat kemiripan atau persamaan dari beberapa ciri kebudayaan dari
berbagai masyarakat di seluruh dunia. Para Antropolog menemukan bahwa
ada persamaan unsur-unsur kebudayaan masyarakat Indonesia dengan
kebudayaan masyarakat lainnya diberbagai belahan dunia. Fakta budaya
ini melahirkan beberapa teori dalam Antropologi.
Persoalan utama yang harus dijawab adalah bagaimanakah terjadinya
persamaan unsur-unsur kebudayaan masyarakat Indonesia dengan
masyarakat lainnya di berbagai tempat di dunia ini? Jawabannya dapat
kita peroleh dengan mempelajari teori-teori difusi kebudayaan.
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
11
Menurut Dwi Wahyudiarto (2005:37) “ilmu paleoantropologi
memperkirakan bahwa makhluk manusia terjadi di suatu daerah tertentu
di muka bumi, yaitu daerah Sabana Tropikal di Afrika Timur”. Dari daerah
ini manusia menyebar ke seluruh muka bumi. Penyebaran manusia terjadi
dalam waktu yang sangat lama akibat dari pertumbuhan penduduk,
migrasi serta adaptasi fisik dan sosial budaya. Menurut Koentjaraningrat
(1999:151-152) “penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia
diikuti oleh penyebaran berbagai unsur kebudayaan yang disebut dengan
proses difusi”. Atas dasar teori ini, sekarang kita dapat memberi jawaban
atas pertanyaan “apa penyebab terdapatnya kesamaan unsur-unsur
kebudayaan pada berbagai masyarakat di dunia termasuk masyarakat
Indonesia?” Jawabannya adalah persamaan unsur-unsur kebudayaan
disebabkan adanya penyebaran kebudayaan dari suatu masyarakat ke
masyarakat lainnya, adanya penyebaran kebudayaan dari masyarakat
asing ke masyarakat Indonesia, atau sbaliknya.
1.
Pengaruh Budaya Hindu
Tanda-tanda tertua dari adanya pengaruh kebudayaan Hindu di
Indonesia ditemukan di Jawa Barat dekat kota Jakarta sekarang, atau di
pedalaman daerah sungai Cisadane dekat kota Bogor sekarang. Batu-batu
bertulisan juga ditemukan di daerah Muara Kaman, Kutai, pantai
Kalimantan Timur
. Dari bentuk dan gaya huruf tulisan pada batu disebut
huruf Palawa, diperkirakan dibuat pada abad ke-4 Masehi.
Menurut para ahli Sejarah Purbakala Indonesia, kerajaan-kerajaan
yang disebut dalam tulisan-tulisan pada batu-batu tadi merupakan
kerajaan-kerajaan Indonesia asli, yang hidup makmur berdasarkan
perdagangan dengan negara-negara di India Selatan. Raja-rajanya
mengadopsi konsep-konsep Hindu dengan cara mengundang ahli-ahli dan
orang-orang pandai dari golongan Brahmana (Pendeta) di India selatan
yang bernama Wisnu dan Brahma.
Para ahli dan orang pandai tadi diminta untuk memberi nasehat
mengenai struktur dan upacara-upacara kenegaraan menurut sistem
negara-negara di India Selatan. Dengan demikian, pengaruh kebudayaan
Hindu beserta kesusastraan Hindu masuk ke dalam kebudayaan Indonesia,
tetapi hanya dalam lapisan-lapisan dan lingkungan masyarakat teratas,
yakni lapisan dan lingkungan masyarakat istana.
Pada zamannya, kebudayaan Hindu mempunyai kekuatan dan
pengaruh besar dan serupa dengan teknologi Barat pada zaman sekarang
ini, merembet dan memengaruhi kehidupan hampir semua bangsa-bangsa
di dunia. Kebudayaan intelektual dari agama Hindu sangat memengaruhi
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
12
dunia Asia Tenggara pada zaman dulu. Hal ini nampak pada konsepsi
mengenai susunan negara yang amat hierarkis dengan aneka bagian-
bagiannya yang digolongkan ke dalam empat atau delapan bagian besar
yang bersifat sederajat dan yang tersusun simetris. Semua golongan dan
fraksi diorientasikan ke atas ialah sang raja, yang dianggap keturunan
dewa, yang bersifat keramat, yang merupakan puncak dari segala hal
dalam negara dan yang merupakan pusat dari alam semesta. Konsepsi ini
diterapkan sepenuhnya oleh negara-negara kerajaan Indonesia yang
terletak di pedalaman yang ekonominya berdasarkan sistem pertanian padi
dengan irigasi di sawah-sawah. Kemudian diterapkan sebagian oleh
kerajaan-kerajaan nusantara yang terletak di pantai atau di pesisir yang
ekonominya berdasarkan perdagangan maritim dengan armada-armada
perdagangan yang menyeberangi laut sampai jauh. Hal ini terjadi pada
negara Kutai di pantai Timur Kalimantan dan Sriwijaya di Palembang
atau di pertengahan sungai Kampar Sumatra Tengah atau mungkin juga
di kota Jambi sekarang.
Negara Mataram Kuno, negara Kediri, negara Singosari dan negara
Majapahit pada dasarnya merupakan negara agraris, terletak di daerah
subur, di lembah-lembah sungai yang dikelilingi oleh gunung berapi dan
rakyatnya hidup dari bercocok tanam padi di sawah. Di negara seperti
inilah konsepsi Hindu mengenai raja keturunan dewa diserap sepenuhnya
ke dalam kebudayaan pribumi dan berkembang biak dengan berbagai
bentuk penjelmaannya sendiri-sendiri. Negara Majapahitlah yang paling
jaya dalam pertengahan abad ke-14, akibat dari surplus produksi pertanian
yang dialihkan ke sektor perdagangan yang menyebabkan ekspansi ke
tempat-tempat pantai yang strategis di seluruh nusantara serta ke arah
barat sampai di beberapa tempat di Vietnam Selatan dan ke arah timur
sampai di beberapa tempat di bagian barat Irian Jaya atau Papua
(Koentjaraningrat, 1999:23).
2.
Pengaruh Budaya Islam
Seiring dengan mundurnya wibawa kerajaan Majapahit pada akhir
abad ke-14 dan selama abad 15, kekuasaan maritimnya juga tidak bisa
lagi menduduki daerah-daerah strategis di seluruh nusantara. T
erjadi
kekosongan kekuasaan di beberapa kota pantai di Jawa pada khususnya.
Situasi dan kondisi ini membuat para pedagang makmur yang bermukim
di kota-kota pelabuhan menjalin hubungan perdagangan secara sendiri-
sendiri dengan pedagang asing untuk kepentingan sendiri-sendiri dan pada
akhirnya tumbuh menjadi negara-negara pantai yang dapat merongrong
kekuasaan Majapahit di pedalaman. Timbul negara Malaka di
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
13
semenanjung Melayu, negara Aceh di ujung utara Sumatra, negara Banten
di Jawa Barat dan negara Demak di pantai Utara Jawa Tengah serta negara
Goa di Sulawesi Selatan.
Dalam proses perkembangan negara-negara tersebut terjalin
hubungan perdagangan antara pedagang-pedagang Indonesia dengan
pedagang dari Persia dan Gujarat di India Selatan yang membawa
kebudayaan Islam yang pada waktu itu mengandung banyak unsur-unsur
mistik. Untuk tahap pertama, agama Islam yang berkembang di Indonesia
masih diwarnai unsur-unsur mistik, yang kemudian disebarkan oleh
Nurudin Araniri di Sumatera atau Syech Siti Jenar di Jawa. Agama Islam
yang seperti itu jugalah yang disebarkan oleh penyiar-penyiar yang
kemudian di dalam
folklore
orang Jawa disebut wali dan di dalam
kepercayaan rakyat dianggap sebagai orang keramat. Kegiatan para wali
inilah yang kemudian menyebabkan tersebarnya agama Islam, tidak
hanya di pantai Jawa Utara, melainkan juga di daerah pedalaman.
Agama Islam yang lebih murni sifatnya datang kemudian sebagai
gelombang pengaruh kedua setelah banyak orang Indonesia mengunjungi
Mekah dan Madinah serta kembali dari naik haji. Di daerah-daerah yang
belum amat terpengaruh oleh kebudayaan Hindu, agama Islam
mempunyai pengaruh yang mendalam dalam kehidupan penduduk di
daerah yang bersangkutan, seperti Aceh, Banten, Pantai Utara Jawa dan
Sulawesi Selatan. Sebaliknya, di daerah-daerah dengan pengaruh kuat
kebudayaan Hindu telah berkembang suatu corak tersendiri seperti di Jawa
Tengah dan Jawa Timur, agama Islam dirubah menjadi suatu agama yang
dikenal dengan nama agama Jawa. Adapun orang-orang yang menganut
ajaran-ajaran dan syariah agama Islam secara taat disebut dalam bahasa
Jawa orang Islam santri.
3.
Pengaruh Budaya Eropa
Pengaruh kebudayaan Eropa di nusantara berawal dari kegiatan
perdagangan P
ortugis pada pertengahan abad ke-16, sesudah negara
Portugal menaklukkan pelabuhan negara Malaka yang sangat strategis
sebagai pintu masuk laut nusantara dari arah barat pada tahun 1511.
Kedatangan orang Portugis diikuti oleh orang-orang Eropa lainnya, seperti
orang Belanda, orang Spanyol dan orang Inggris. Tujuannya sama, yaitu
melakukan perdagangan rempah-rempah. Orang Belandalah yang paling
berhasil dalam usaha perdagangan itu dengan perusahaan dagangnya
yang dikenal dengan VOC yang kemudian memaksakan monopoli
perdagangan rempah-rempah.
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
14
Pada akhir abad ke 18, perusahaan perdagangan Belanda, VOC
mengalami kemunduran dan dinyatakan bangkrut pada tahun 1799.
Semua miliknya di Indonesia diambil alih oleh kerajaan Belanda dan
dengan demikian Indonesia menjadi daerah jajahan Belanda. Kerajaan
Belanda terus-menerus berupaya untuk menguasai seluruh wilayah
nusantara. Usaha tersebut baru berhasil pada tahun 1903 dengan
dikuasainya daerah Aceh setelah berperang selama 30 tahun. Pusat-pusat
kekuasaan pemerintahan Belanda merupakan kota-kota pemerintahan
seperti kota provinsi, kota kabupaten, dan kota distrik. Kota-kota itu selain
berbeda dalam hal besar kecilnya, pada umumnya mempunyai pola yang
sama. Pusat kota merupakan suatu lapangan (alun-alun) yang dikelilingi
oleh gedung-gedung penting, seperti rumah dan kantor kepala kota, masjid,
penjara, rumah gadai dan beberapa kantor lainnya. Kemudian ada
kampung Cina yang berupa toko-toko barang kelontong, pasar, dan
beberapa pertukangan dan industri kecil yang memberi pelayanan kepada
penduduk kota.
Dalam kota-kota pusat pemerintahan itu berkembanglah dua lapisan
sosial. Lapisan
pertama
adalah kaum buruh yang telah meninggalkan
pekerjaan sebagai petani dan yang bekerja dengan tangan dalam berbagai
lapangan pertukangan sebagai pelayan di rumah tangga, seorang pegawai
atau pedagang-pedagang Tionghoa, atau sebagai buruh dalam perusahaan
dan industri kecil. Lapisan
kedua
adalah kaum pegawai (di Jawa yang
disebut kaum priyayi), yang bekerja di belakang meja tulis. Pendidikan
Barat di sekolah-sekolah Belanda dan kemahiran dalam bahasa Belanda
menjadi syarat untuk dapat masuk dalam masyarakat lapisan kedua ini.
Melalui perkembangan sistem pendidikan sekolah-sekolah Belanda,
pengaruh kebudayaan Eropa masuk ke dalam kebudayaan Indonesia.
Salah satu pengaruh yang sangat positif adalah ilmu pengetahuan dan
Analogi Budaya:
Coba kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan pada diri kalian
Kalian tentunya sering mengkonsumsi berbagai hasil budaya Barat.
Coba diskusikan dengan teman-teman kalian pengaruh apa saja yang
saat ini sedang melanda kalangan remaja yang berasal dari budaya
Barat dan bersifat negatif. Kemudian berikan solusi yang tepat untuk
mengatasinya.
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
15
teknologi dalam kehidupan orang Indonesia. Walaupun sampai sekarang
apresiasi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi masih terbatas pada
suatu kelompok masyarakat, tetapi muncul kesadaran pada masyarakat
Indonesia terhadap pentingnya hal itu terhadap kemajuan yang dicita-
citakan. Akhirnya harus disebut juga, pengaruh budaya Eropa membawa
turut serta masuknya agama Katolik dan agama Kristen Protestan ke
masyarakat Indonesia. Agama-agama tersebut biasanya disiarkan dengan
sengaja oleh organisasi-organisasi penyiar agama (
missie
untuk agama
Katolik dan
zending
untuk agama Kristen Protestan) yang semuanya
bersifat swasta. Penyiaran dilakukan terutama di daerah-daerah dengan
penduduk yang belum mengalami pengaruh agama Hindu dan Budha,
atau yang belum memeluk agama Islam. Daerah-daerah itu di antaranya
adalah Irian Jaya atau Papua, Maluku Tengah dan Selatan, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Bagian timur dan pedalaman
Kalimantan.
Jadi yang perlu kalian perhatikan mengenai pengaruh budaya asing
adalah dampak positif dan negatifnya.Jika masuknya pengaruh budaya
asing tersebut memberikan peningkatan dan kemajuan bagi kehidupan
masyarakat maka dikatakan bersifat positif. Contoh pengaruh budaya
asing yang positif antara lain sebagai berikut.
a.
Nilai-nilai positif dalam kehidupan bermasyarakat seperti adanya
kesadaran tentang pentingnya pendidikan.
b.
Perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat berguna untuk
meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat.
Sedangkan jika masuknya pengaruh budaya asing tersebut
memberikan dampak yang tidak baik bagi kehidupan masyarakat maka
dikatakan bersifat negatif.
Beberapa contoh pengaruh budaya asing yang negatif antara lain
sebagai berikut.
a.
Masuknya nilai-nilai budaya asing yang negatif seperti budaya
permisif dan pragmatisme sehingga banyak yang bergaya hidup
hedonis dan serba instan.
b.
Keberadaan adat istiadat dan budaya bangsa dapat terancam.
c.
Semangat kegotongroyongan terkikis oleh budaya egoisme dan
individualisme.
d.
Menurunnya moral bangsa yang ditandai dengan munculnya
berbagai aksi kejahatan yang meniru atau pengaruh dari budaya asing.
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
16
C. Hubungan AntarBudaya
Hubungan antarbudaya telah terjadi sejak zaman dahulu kala. Banyak
penyebab terjadinya hubungan antarbudaya. Ketika kerajaan asli Indonesia
mengundang orang-orang pandai dari golongan Brahmana (Pendeta)
yang beragama Wisnu dan Brahma untuk memberi konsultasi dan nasehat
mengenai struktur upacara-upacara kenegaraan menurut sistem negara-
negara di India Selatan, mereka juga dengan sendirinya membawa serta
budaya Hindu yang pada masa itu mendominasi kebudayaan umat
manusia. Terjadilah hubungan antarbudaya asli bangsa Indonesia dengan
budaya Hindu.
Ikatan kerja sama perdagangan antara pedagang-pedagang Indonesia
dengan pedagang asing seperti pedagang Persia dan Gujarat dengan
sendirinya menyebabkan terjadinya hubungan antarbudaya, yaitu antara
budaya bangsa Indonesia dengan budaya yang dibawa oleh para pedagang
Persia dan Gujarat, yaitu agama Islam. Beberapa orang Indonesia kemudian
naik haji ke Mekah dan sepulang dari sana berusaha menyiarkan dan
menerapkan ajaran agama Islam yang lebih murni. Hingga tidak
mengherankan apabila masyarakat Indonesia sangat kental dengan
budaya Islam.
Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia untuk urusan perdagangan
rempah-rempah juga menyebabkan hubungan antarbudaya, yaitu antara
budaya Eropa dengan budaya masyarakat Indonesia. Belanda memang
bukan bangsa Eropa yang pertama datang ke Indonesia, tetapi merekalah
Investigasi Budaya:
Coba kembangkan etos kerja dan rasa keingintahuan serta orientasi
kecakapan pada diri kalian
Maraknya budaya asing yang masuk sebenarnya dapat menambah
dan memperkaya khasanah kebudayaan yang ada dan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Tetapi seringkali terjadi
budaya asing tersebut menimbulkan dampak yang negatif. Coba kalian
lakukan pengamatan mengapa sering terjadi benturan atau perbedaan
antara budaya kita dengan budaya asing? Berikan pendapat dan solusi
yang tepat berdasarkan hasil pengamatan di lingkungan daerah kalian
masing-masing!
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
17
yang paling berhasil menguasai perdagangan di nusantara. Mereka
membentuk VOC. Kebangkrutan VOC membuat masuknya pemerintahan
Belanda dan pada akhirnya Belanda menjajah Indonesia. Dalam proses
perdagangan dan penjajahan itu, Belanda memperkenalkan budayanya
kepada bangsa Indonesia, baik melalui lembaga pendidikan yang sangat
terbatas maupun melalui Pastur dan Pendeta yang melakukan
missie
dan
zending
untuk menyiarkan agama Katolik dan Kristen Protestan. Tidak
mengherankan juga apabila beberapa daerah di Indonesia sangat akrab
dan kental dengan budaya bernuansa agama Katolik dan Kristen Protestan.
Hubungan antarbudaya terus terjadi sampai saat ini. Hubungan itu
semakin meluas dan cepat. Hubungan antarbudaya semakin meluas
karena hubungan itu tidak lagi terjadi pada hanya golongan elit
masyarakat, tetapi sudah melibatkan seluruh lapisan masyarakat pada
semua aspek lehidupan manusia. Hubungan antarbudaya terjadi dengan
cepat karena hubungan itu terjadi setiap detik dan waktu akibat dari
ditemukannya teknologi, transportasi, dan komunikasi yang menumbuhkan
media massa dan media elektronik seperti radio, televisi, VCD, dan
sebagainya.
Hubungan antarbudaya yang terjadi
semakin cepat dan merasuk pada seluruh
aspek kehidupan masyarakat Indonesia
menyebabkan perkembangan dan
pertumbuhan budaya masyarakat
Indonesia. Bermula dari gaya hidup agraris
beralih ke gaya hidup priyayi hingga
buruh serta usaha sendiri dan mandiri
(wiraswasta) pada berbagai aspek
kehidupan. Berawal dari rumah dan
bangunan sederhana, beralih ke rumah
dinding tembok dan gedung-gedung
megah berukuran besar. Berawal dari sedikit aliran, sekarang sudah
menjadi banyak aliran dalam setiap agama yang dianut dan berkembang
di Indonesia. Dari tidak mengenal makanan siap saji menjadi bangsa yang
sangat menyukai makanan siap saji. Dari orang yang tidak mengenal dunia
menjadi orang yang mengenal dunia. Tidaklah mengherankan apabila
kita menemui adanya persamaan unsur-unsur kebudayaan di berbagai
tempat di dunia ini.
Gambar 1.6
Hubungan
antarbudaya dapat terjalin lancar
dan cepat karena adanya teknologi
informasi yang canggih
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
18
Coba kalian lakukan penelusuran ke masa lalu! Dari budaya
masyarakat manakah datangnya gaya hidup berkomunikasi melalui
telepon? Kemudian coba kalian praktekkan sendiri cara bertelepon
dan mengakses internet!
1.
Akulturasi
Hubungan antarbudaya menjadi salah satu pusat studi antropologi
dan melahirkan teori akulturasi (
acculturation atau culture contact
). Menurut
Dwi W
ahyudiarto (2005: 37) istilah akulturasi mempunyai berbagai arti di
antara para sarjana antropologi, tetapi semua sepaham bahwa konsep itu
mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan
suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu
kebudayaan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur
kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian
kebudayaan itu sendiri.
Proses akulturasi sudah terjadi sejak zaman dahulu. Seiring dengan
perkembangan zaman, pada saat ini melalui akulturasi hampir semua suku
bangsa di dunia dipengaruhi oleh unsur-unsur kebudayaan Eropa dan
Amerika, hal ini semakin dipermudah oleh kebutuhan setiap negara di
dunia untuk melakukan modernisasi yang selalu merujuk kepada negara-
negara Eropa dan Amerika Serikat. Setidaknya ada lima hal yang harus
diperhatikan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai proses
akulturasi, yaitu:
a.
Keadaan sebelum proses akulturasi.
b.
Para individu pembawa unsur-unsur kebudayaan asing.
c.
Saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk
masuk ke dalam kebudayaan penerima.
d.
Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh.
e.
Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing.
(Koentjaraningrat, 1999).
Keadaan sebelum proses akulturasi berhubungan dengan budaya asli
bangsa Indonesia sebelum dipengaruhi oleh budaya asing. Bagaimana
budaya asli bangsa Indonesia sebelum datangnya budaya Hindu, Islam
dan Eropa? Tentu hidup dengan religi tradisionalnya, tidak begitu mengenal
stratifikasi sosial, dan sebagainya. Individu pembawa unsur-unsur
Investigasi Budaya:
Coba kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan hidup pada diri kalian!
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
19
kebudayaan asing berhubungan dengan
agents of acculturation
. Contohnya
adalah pada pedagang yang membawa unsur kebudayaan berupa
berbagai jenis barang, cara berdagang, di samping kepercayaan dan agama
yang dianutnya. Para pastur dan pendeta penyiar agama Katolik dan
Kristen Protestan juga membawa unsur kebudayaan berupa penyuluhan
kesehatan, pendidikan sekolah, dan berbagai unsur-unsur kebudayaan
Eropa lainnya. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena
pengaruh akulturasi berhubungan dengan lapisan masyarakat yang
menerima akulturasi, bisa seluruh lapisan masyarakat, tetapi bisa juga
hanya sebagian dari lapisan masyarakat. Reaksi individu yang terkena
akulturasi terdiri dari individu yang menerima dan individu yang menolak
budaya asing. Bagi individu yang menerima, tentu gaya hidupnya akan
dipengaruhi oleh hasil akultutasi itu, tetapi individu yang menolak akan
mencari pelarian dari akulturasi, di antaranya mendalami gerakan
kebatinan, mereka melarikan diri dari kenyataan dengan berbagai cara
dan memimpikan kembalinya suatu zaman bahagia.
2.
Asimilasi
Asimilasi merupakan teori yang
berupaya menjelaskan hubungan
antarbudaya dan berbeda dengan
akulturasi. Menurut Dwi
W
ahyudiarto (2005 : 39), asimilasi
adalah proses sosial yang timbul
apabila:
1.
Golongan-golongan manusia
dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda-
beda.
2.
Saling bergaul langsung secara
intensif untuk waktu yang lama,
sehingga.
3.
Kebudayaan-kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah
wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
Pada umumnya proses asimilasi terjadi antara suatu golongan
mayoritas dan golongan minoritas. Pada situasi dan kondisi seperti itu,
biasanya golongan minoritas yang berubah dan menyesuaikan diri dengan
golongan mayoritas, sehingga sifat-sifat khas dari kebudayaannya lambat
laun berubah dan menyatu dengan kebudayaan golongan mayoritas.
Keberhasilan asimilasi sangat didukung oleh toleransi dan simpati
antarkedua golongan.
Sumber:
Suara Merdeka 7 Agustus 2005
Gambar 1.7
Asimilasi terjadi karena
hubungan antarbudaya
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
20
Untuk mengingatkan kalian kembali dan meningkatkan kemampuan
kalian dalam memahami pembahasan tentang hubungan antarbudaya
kerjakanlah latihan berikut ini.
Coba diskusikan dengan teman-teman kalian dan berikan solusi
kalian mengenai pengaruh budaya asing dan hubungan
antarbudaya akhir-akhir ini dalam era globalisasi serta dampak-
dampaknya yang muncul terhadap integrasi nasional. Setelah itu
coba kalian lakukan suatu kegiatan dengan teman-teman kalian yang
dapat menangkal dan mencegah pengaruh budaya asing yang
negatif di kalangan remaja.
Ingatkah kalian dengan asas negara Indonesia yaitu Bhineka Tunggal
Ika 'berbeda-beda tetapi tetap satu'? Hal ini merupakan perwujudan akan
keberagaman budaya di Indonesia yang sejak dahulu telah ada. Perbedaan
agama, ras, suku bangsa, maupun etnis merupakan gambaran dari wajah
masyarakat Indonesia yang sesungguhnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa
keberagaman ini merupakan sebuah kekayaan bangsa yang harus
dilestarikan dan dijaga sehingga tidak menimbulkan ancaman bagi
kehidupan berbangsa dan beragama.
Pola-pola perilaku yang
dikembangkan dalam masing-masing
budaya juga mengalami perbedaan
dan keberagaman yang tidak sama. Ini
merupakan sebuah potensi besar bagi
sumber kekayaan bangsa Indonesia
sehingga keaslian budaya lokal harus
dijaga sebagai nilai-nilai dasar dalam
berperilaku. Potensi kekayaan budaya
Indonesia ini kemudian dirangkum
dalam sebuah pandangan yang sama
tentang kebudayaan nasional yang
diatur dalam UUD 1945 pasal 32 yang
berbunyi "Pemerintah memajukan
kebudayaan nasional Indonesia". Ini
Analogi Budaya:
Coba kembangkan wawasan kebinekaan dan orientasi kecakapan pada diri
kalian!
Sumber:
Indonesian Heritage 9
Gambar 1.8
Adanya kebebasan suku
bangsa yang ada di Indonesia untuk
memiliki hukum adat sendiri di wilayah
adatnya untuk melakukan berbagai
kegiatan upacara adat istiadat yang
diyakini sebagai pedoman dalam
bermasyarakat.
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
21
merupakan wujud komitmen bangsa Indonesia dalam memberikan
penghargaan dan eksistensi bagi semua kebudayaan yang berkembang
dan hidup di Indonesia.
D. Kebudayaan Nasional Indonesia
Sejak Indonesia menjadi negara merdeka pada tahun 1945, cita-cita
besar menjadi landasan dan semangat perjuangan dan mempunyai
implikasi sosial dan kebudayaan yang luas serta mendalam dalam
kemajemukan dengan keanekaragaman kebudayaannya. Kehidupan
masyarakat Indonesia tersebar di Kepulauan Nusantara yang hidup dalam
kelompok-kelompok perkampungan, kesukuan, kebahasaan, keagamaan
dan ras yang masing-masing berdiri sendiri. Dengan proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945, keanekaragaman tersebut meleburkan diri
dan membentuk satu kelompok sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat
bangsa. Untuk mempersatukan masyarakat tersebut diperlukan adanya
kesepakatan dan pengembangan suatu sistem ideologi yang mengikat
seluruh rakyat Indonesia dalam bentuk cita-cita dan nilai budaya tertentu.
Kesadaran itu dituangkan dalam UUD 1945, pasal 32 yang berbunyi:
"Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia".
Beranekaragamnya masyarakat Indonesia yang terwujud dalam
sejumlah suku bangsa yang merupakan masyarakat yang berdiri sendiri
haruslah diperkokoh dalam satu pedoman yang bersifat nasional yaitu
konsep kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional adalah suatu
kebudayaan yang mampu memberi makna bagi kehidupan berbangsa
dan berkepribadian, yang dapat dibanggakan sebagai identitas nasional.
Dengan kemajemukan dan latar belakang budaya yang berbeda tersebut
maka sangat sulit bagi pemerintah untuk mengembangkan kebudayaan
nasional sehingga diperlukan sebuah landasan yang cukup kuat selain
aturan dalam pasal 32 UUD 1945 yaitu melalui penjelasannya yang
berbunyi:
"Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah
usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan- kebudayaan
lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-
daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha
kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan
dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang
dapat mengembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri
serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia".
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
22
Oleh karena itu, sangat penting artinya bagi perkembangan
masyarakat bangsa yang memerhatikan keberagaman kebudayaan
nasional. Ada empat ketentuan arah dan tujuan pengembangan
kebudayaan nasional Indonesia.
1.
Kebudayaan nasional merupakan perwujudan hasil upaya dan
tanggapan aktif masyarakat Indonesia dalam proses adaptasi terhadap
lingkungannya dalam arti luas.
2.
Kebudayaan nasional merupakan perpaduan puncak-puncak
kebudayaan daerah, sehingga mewujudkan konfigurasi budaya
bangsa.
3.
Pengembangan kebudayaan nasional itu harus menuju ke arah
kemajuan adab yang dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa.
4.
Tidak menutup kemungkinan untuk menyerap unsur-unsur
kebudayaan asing yang dapat mengembangkan dan memperkaya
kebudayaan nasional, serta mempertinggi kemanusiaan bangsa
Indonesia.
Dalam mengembangkan kebudayaan tersebut tidak bisa dihindari
bahwa penyerapan unsur kebudayaan asing mampu memberikan
percepatan dalam proses perkembangan kebudayaan yang bersangkutan.
Oleh karena itu, cepat atau lambatnya perkembangan suatu kebudayaan
lebih banyak dipacu oleh kontak-kontak kebudayaan. Melalui kontak-
kontak kebudayaan itulah akan terbawa serta pemikiran, pola-pola tingkah
laku, serta teknologi yang sesuai dengan tingkat kebutuhan serta minat
masyarakat yang bersangkutan.
Analogi Budaya:
Coba kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan pada diri kalian
Di kalangan remaja akhir-akhir ini ada kecenderungan sikap yang lebih
senang dan bangga terhadap budaya yang berasal dari luar.
Coba diskusikan dengan teman-teman kalian dan berikan solusi yang
tepat supaya genarasi remaja dapat lebih menyenangi dan bangga
dengan kebudayaan nasional. Kemudian coba kalian lakukan kegiatan
yang mengandung unsur kebudayaan nasional, misalnya dalam
bidang seni.
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
23
E. Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa ciri masyarakat Indonesia
adalah sebagai masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman
yang tinggi. Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh heterogenitas
etnik yang bersifat unik. Secara horisontal ditandai oleh kenyataan adanya
kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat
istiadat, dan ras. Secara vertikal ditandai oleh adanya perbedaan antara
lapisan atas dan lapisan bawah.
Indonesia sebagai sebuah masyarakat majemuk adalah sebuah
masyarakat negara yang terdiri atas masyarakat-masyarakat suku bangsa
yang dipersatukan dan diatur oleh sistem nasional dari masyarakat negara
tersebut. Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk ini penekanan
keanekaragaman adalah pada suku bangsa dan kebudayaan suku bangsa.
Dalam masyarakat Indonesia, setiap masyarakat suku bangsa secara turun
temurun mempunyai dan menempati wilayah tempat hidupnya yang
diakui sebagai hak ulayatnya yang merupakan tempat sumber-sumber
daya di mana warga masyarakat suku bangsa tersebut memanfaatkan
untuk kelangsungan hidup mereka. Masyarakat majemuk seperti
Indonesia, bukan hanya beranekaragam corak kesukubangsaan dan
kebudayaan suku bangsanya secara horisontal, tetapi juga secara vertikal
atau jenjang menurut kemajuan ekonomi, teknologi, dan organisasi sosial-
politiknya.
Menurut Furnivall yang dikutip oleh Zulyani Hidayah (1999)
masyarakat majemuk (
plural society
) merupakan suatu masyarakat yang
terdiri dari dua atau lebih elemen dan tatanan sosial yang hidup
berdampingan tetapi tidak terintegrasi dalam satu kesatuan politik. Adapun
menurut Van de Berghe yang dikutip oleh Zulyani Hidayah (1999) ciri-
ciri sebuah masyarakat yang dikatakan sebagai masyarakat majemuk
adalah:
1.
Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang seringkali
memiliki kebudayaan, atau lebih tepat sub kebudayaan, yang berbeda
satu sama lain,
2.
Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga
yang bersifat nonkomplementer,
3.
Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota
masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar,
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
24
4.
Secara relatif seringkali terjadi konflik di
antara kelompok yang satu dengan yang
lainnya,
5.
Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas
paksaan (
coercion
) dan saling
ketergantungan di dalam bidang ekonomi,
dan
6.
Adanya dominasi politik oleh suatu
kelompok atas kelompok-kelompok yang
lain.
Menurut Clifford Geertz yang dikutip oleh
Zulyani Hidayah (1999:X-XI), aneka ragam
kebudayaan yang berkembang di Indonesia
dapat dibagi menjadi dua tipe berdasarkan
ekosistemnya, yaitu:
1.
Kebudayaan yang berkembang di "Indonesia dalam" (Jawa, Bali)
Kebudayaan yang berkembang di "Indonesia dalam" ditandai oleh
tingginya intensitas pengolahan tanah secara teratur dan telah
menggunakan sistem pengairan dan menghasilkan pangan padi yang
ditanam di sawah. Dengan demikian, kebudayaan di Jawa yang
menggunakan tenaga kerja manusia dalam jumlah besar disertai peralatan
yang relatif lebih kompleks itu merupakan perwujudan upaya manusia
yang secara lebih berani merubah ekosistemnya untuk kepentingan
masyarakat yang bersangkutan.
2.
Kebudayaan yang berkembang di "Indonesia luar" (di luar pulau
Jawa dan Bali)
Kebudayaan di luar Jawa, kecuali di sekitar
Danau T
oba, dataran tinggi Sumatra Barat dan
Sulawesi Barat Daya, berkembang atas dasar
pertanian perladangan yang ditandai dengan
jarangnya penduduk yang pada umumnya
baru beranjak dari kebiasaan hidup berburu
ke arah hidup bertani. Oleh karena itu, mereka
cenderung untuk menyesuaikan diri mereka
dengan ekosistem yang ada, demi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
yang bersangkutan, kebudayaan pantai yang
Sumber:
Indonesian Heritage 8
Gambar 1.9
Masyarakat
Indonesia adalah masyarakat
majemuk yang memiliki
keanekaragaman yang tinggi
Gambar 1.10
Selain di Jawa dan Bali
kebudayaan lokal juga berkembang di
seluruh wilayah Indonesia sepergi di
Biak dan dayak
Sumber:
Indonesian Heritage
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
25
diwarnai kebudayaan alam, dan kebudayaan masyarakat peladang serta
pemburu yang masih sering berpindah tempat. Adapun yang dimaksud
dengan kebudayaan masyarakat petani berpengairan adalah seperti yang
berkembang di Pulau Jawa dan Bali.
3.
Aneka ragam kebudayaan yang tidak termasuk ke dalam dua
ketergori terdahulu.
H. Geertz yang dikutip oleh Zulyani Hidayah (1999:XI) melengkapi
dua ketergori di atas dengan katergori ketiga, yaitu aneka ragam kebudayaan
yang tidak termasuk ke dalam dua ketegori terdahulu. Kategori ketiga ini
m
eliputi kebudayaan orang Toraja di Sulawesi Selatan, orang Dayak di
pedalaman Kalimantan, orang Halmahera, suku-suku di pedalaman Seram,
di kepulauan Nusa Tenggara, orang Gayo di Aceh, orang Rejang di Bengkulu
dan Lampung di Sumatra Selatan. Pada umumnya kebudayaan mereka itu
berkembang di atas sistem pencaharian perladangan ataupun penanam padi
di ladang, sagu, jagung maupun akar-akaran.
Pada zaman Hindia-Belanda masyarakat Indonesia digolongkan
menjadi tiga golongan yaitu golongan penjajah Belanda yang menempati
tingkat pertama, kedua adalah golongan minoritas Cina, dan ketiga adalah
golongan pribumi. Hasil penelitian C. Van Vollenhoven menyebutkan
bahwa Indonesia memiliki 19 lingkungan adat yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia yang kemudian diperbaharui oleh B. Ter Haar menjadi
24 lingkungan adat. Di seluruh Indonesia tercatat kurang lebih ada 656
suku bangsa dengan bahasa lokal sekitar 300 macam.
Nasikun mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya pluralisme masyarakat Indonesia:
1.
Keadaan geografis yang membagi wilayah Indonesia atas 13.667 pulau
yang terserak di suatu daerah ekuator sepanjang kurang lebih 3.000
mil dari timur ke barat dan lebih dari 1.000 mil dari utara ke selatan.
Faktor ini merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya
terhadap terciptanya pluralistis suku bangsa di Indonesia.
2.
Kenyataan bahwa Indonesia terletak di antara Samudera Indonesia
dan Samudera pasifik. Kenyataan letak yang demikian ini sangat
mempengaruhi terciptanya pluralistis agama di dalam masyarakat
Indonesia melalui pengaruh kebudayaan bangsa lain, yang
menyentuh masyarakat Indonesia.
3.
Iklim yang berbeda dan struktur tanah yang tidak sama di antara
berbagai daerah di kepulauan nusantara ini merupakan faktor yang
menciptakan pluralistis regional di Indonesia. Perbedaan curah hujan
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
26
dan kesuburan tanah merupakan kondisi yang dapat menciptakan
lingkungan ekologis yang berbeda di Indonesia, yakni daerah
pertanian sawah (
wet rice cultivation
). Perbedaan antara Jawa dan
luar Jawa di dalam bidang kependudukan, ekonomi dan sosial budaya.
(Suriakusumah, 1999:718)
Berbagai kenyataan di atas melahirkan struktur sosial yang bersifat
horisontal dan vertikal yang sangat kompleks pada masyarakat Indonesia.
Sangat rasional sekali bila Indonesia selalu menghadapi permasalahan
konflik antaretnik, kesenjangan sosial, dan sukar sekali terjadinya integrasi
secara permanen. Hambatan demikian semakin nampak dengan jelas, jika
diferensiasi sosial berdasarkan ukuran suku bangsa bersinggungan dengan
ukuran lain seperti agama, kelas, ekonomi, dan bahasa. Diferensiasi sosial
yang melingkupi struktur sosial kemajemukan masyarakat Indonesia
adalah:
1)
Diferensiasi yang disebabkan oleh perbedaan adat istiadat (
custome
differentiation
) hal ini karena perbedaan etnik, budaya, agama, dan
bahasa.
2)
Diferensiasi yang disebabkan oleh struktural (
structural
differentiation
), hal ini disebabkan oleh kemampuan untuk mengakses
ekonomi dan politik sehingga menyebabkan kesenjangan sosial di
antara etnik yang berbeda.
Menurut Josselin de Jong, yang dikutip oleh Zulyani Hidayah
(1999:XII-XIII) keberagaman budaya yang tersebar di Indonesia memiliki
landasan pemikiran, yaitu:
1)
Bahwa pada masa lampau masyarakat Indonesia itu terdiri dari
beberapa persekutuan yang berlandaskan ikatan kekerabatan yang
menganut garis keturunan secara unilineal, baik melalui keibuan
maupun kebapakan.
2)
Di antara persekutuan kekerabatan itu terjalin hubungan kawin secara
tetap, sehingga terjelma tata hubungan yang mendudukkan kelompok
kerabat pemberi pengantin wanita lebih tinggi daripada kedudukan
kelompok kerabat yang menerima pengantin wanita.
3)
Seluruh kelompok kekerabatan yang ada biasanya terbagi dalam dua
puluh masyarakat yang dikenal dengan istilah antropologis "
Moiety
"
yang satu sama lain ada dalam hubungan saling bermusuhan maupun
dalam berkawan, sehingga nampaknya persaingan yang diatur oleh
adat.
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
27
4)
Keanggotaan setiap individu, karenanya bersifat ganda dalam arti
bahwa setiap orang bukan hanya menjadi anggota kelompok kerabat
yang unilineal, melainkan juga anggota kesatuan paruh masyarakat.
5)
Pembagian masyarakat dalam dua paruh masyarakat itu
mempengaruhi pengertian masyarakat terhadap isi semesta ke dalam
dua kelompok yang seolah-olah saling mengisi dalam arti serba dua
yang dipertentangkan dan sebaliknya juga saling diperlukan adanya.
6)
Akibatnya juga tercermin dalam sistem penilaian dalam masyarakat
yang bersangkutan. Ada pihak yang baik dan sebaliknya adapula
pihak yang jahat atau buruk.
7)
Seluruh susunan kemasyarakatan itu erat dihubungkan dengan sistem
kepercayaan masyarakat yang bersangkutan, terutama yang
berkaitan dengan kompleks totemisme yang didominasi dengan
upacara-upacara keagamaan dalam bentuk rangkaian upacara inisiasi
dan diperkuat dengan dongeng-dongeng suci baik yang berupa
kesusastraan ataupun tradisi lisan.
8)
Sifat serba dua juga tercermin dalam tata susunan dewa-dewa yang
menjadi pujaan masyarakat yang bersangkutan. Walaupun dikenal
lebih dari dua dewa, mereka menggolongkan ke dalam dua golongan
dewa baik dan dewa buruk. Dewa yang tergolong buruk biasanya
mempunyai sifat ganda karena di satu pihak digambarkan sebagai
anggota masyarakat dewa yang mewakili golongan atas dan dipuja.
9)
Tata susunan masyarakat dewa itu ternyata mempengaruhi tata
susunan kepemimpinan masyarakat dalam kehidupan politik yang
seringkali merupakan pencerminan tentang kepercayaan yang
berpangkal pada kehidupan dewata.
Kemajemukan dan heterogenitas masyarakat Indonesia haruslah
dikembangkan sebuah model keberagaman budaya sehingga tidak
menimbulkan konflik-konflik akibat perbedaan yang ada. Berubahnya
cara pikir dalam mengambil kebijaksanaan politik khususnya berkaitan
dengan budaya sangat penting untuk menerapkan prinsip demokrasi yang
menjunjung tinggi asas persamaan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
F. Mewujudkan Masyarakat Multikultural
Orang-orang yang mempelajari Antropologi sangat akrab dengan
istilah masyarakat plural (
plural society
) dan masyarakat multikultural
(
multicultural society
). Apakah kalian dapat membedakan kedua istilah
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
28
itu? Keduanya berhubungan tetapi memiliki makna yang berbeda.
Menurut Furnival yang dikutip oleh Akhyar Yusuf Lubis (2006 : 167)
"masyarakat plural mengacu pada suatu tatanan masyarakat yang di
dalamnya terdapat berbagai unsur masyarakat yang memiliki ciri-ciri
budaya yang berbeda yang berbeda satu sama lain". Masyarakat plural
adalah masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya, agama dan
bahasa.
Menurut Akhyar Yusuf Lubis (2006 : 167) hubungan antarbudaya
dalam masyarakat plural ditandai oleh corak hubungan dominatif dan
diskriminatif. Hubungan dominatif itu berlangsung secara samar melalui
proses sejarah yang panjang. Dalam masyarakat plural ditemukan adanya
budaya dominan dan budaya inferior. Hal ini diantaranya disebabkan oleh:
1.
Faktor Demografis
Kesenjangan jumlah penduduk yang sangat timpang antara pulau
Jawa dan luar Jawa. Luas pulau Jawa hanya seperempat dari luas pulau
luar pulau Jawa, tetapi 70% penduduk Indonesia terkonsentrasi di pulau
Jawa. Karena itu secara demografis penduduk pulau Jawa lebih dominan
jika dibandingkan dengan penduduk di luar pulau Jawa.
2.
Faktor Politis
Ketidakseimbangan komposisi suku bangsa yang menjabat di
pemerintahan melahirkan dominasi etnik tertentu dalam struktur
pemerintahan Indonesia. Keadaan ini tanpa disadari melahirkan berbagai
kebijakan dari pemerintah pusat yang cenderung tidak adil, sebab
seringkali menguntungkan kelompok/golongan tertentu dan
menimbulkan ketidakpuasan pada kelompok / golongan lainnya.
Kegagalan mengakomodasi kepentingan politik suku bangsa dan
tersumbatnya komunikasi politik akan menimbulkan perlawanan yang
luar biasa kuatnya dari suku bangsa yang bersangkutan.
3.
Budaya Lokal
Pemerintahan RI yang berpusat di pulau Jawa merangsang
tumbuhnya kebudayaan lokal menjadi kebudayaan yang dominan.
Budaya lokal ini didukung oleh para birokrat pemerintahan yang memiliki
pengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan bernegara Indonesia.
Ide dan gagasan mereka mendominasi kehidupan perekonomian,
pendidikan, politik, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan. Hal
ini melahirkan ketimpangan antara pulau Jawa dengan luar pulau Jawa
dan sangat mengancam integrasi nasional.
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
29
Masyarakat plural adalah dasar pembentukan masyarakat
multikultural. Pendapat Fay yang diikuti oleh Akhyar Yusuf Lubis (2006 :
169) menyatakan "multikulturalisme adalah ideologi yang mengakui dan
mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan, baik secara individual
maupun secara kebudayaan". Atas dasar pengertian ini, Akhyar Yusuf Lubis
(2006 : 169) menjelaskan masyarakat multikultural sebagai masyarakat di
mana di dalamnya terjadi interaksi aktif di antara masyarakat dan budaya
yang plural dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai unsur yang ada dalam
masyarakat dipandang dan ditempatkan dalam kedudukan yang sejajar
dan setara, sehingga dengan demikian tercipta keadilan diantara berbagai
unsur / budaya yang berbeda itu. Dalam masyarakat multikultural
perbedaan budaya, perbedaan etnis, lokalitas, bahasa, ras, bangsa, dan
lain-lain dilihat sebagai mozaik yang memperindah masyarakat.
Sekarang dapatkah kalian membedakan masyarakat plural dengan
masyarakat muiltikultural? Masyarakat plural merupakan akar
masyarakat multikultural. Prinsip kesederajatan, mengakui dan
menghargai perbedaan dikedepankan masyarakat multikultural untuk
menghilangkan dominasi suatu budaya yang melahirkan diskriminasi atas
budaya lain dalam masyarakat plural. Pierre L. van de Berghe
mengemukakan karakteristik masyarakat multikultural, meliputi :
1.
Masyarakat terdiri dari segmentasi dalam bentuk kelompok -
kelompok dengan latar belakang budaya dan sub budaya yang
berbeda.
2.
Masyarakat memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam
lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer.
3.
Kurang memiliki kemauan untuk menemukan konsensus antar
anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang fundamental.
4.
Kurangnya kesadaran mengembangkan konsensus relatif, sering
mengakibatkan konflik antar kelompok budaya/subbudaya yang ada
5.
Konflik dan integrasi sosial dapat berlangsung justru dengan jalan
menggunakan kekuasaan (paksaan) serta rasa saling ketergantungan
ekonomi antar satu subkultur / kultur dengan yang lainnya.
6.
Adanya dominasi politik satu kelompok atas kelompok yang lain
(Akhyar Yusuf Lubis, 2006 : 175).
Acuan utama untuk mewujudkan masyarakat multikultural Indonesia
adalah mutikulturalisme. Para pendiri bangsa Indonesia telah
menggunakan kulturalisme dalam mendesain kebudayaan nasional.
Desain itu dapat dilihat dalam pasal 32 UUD 1945. Ideologi
multikulturalisme pada budaya Indonesia ditemukan dalam semboyan
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
30
Gambar 1.11.
Terbentuknya masyarakat multikultural dapat memperkaya khasanah
budaya bangsa dan menjadi potensi terbentuknya integrasi nasional
Sumber:
Indonesia Heritage
bhinneka tunggal ika. Pasal 32 UUD 1945 dan semboyan bhinneka tunggal
ika adalah ideologi multikulturalisme masyarakat Indonesia yang melandasi
corak struktur budaya masyarakat Indonesia di tingkat nasional dan lokal.
Konsep multikultural tidak dapat disamakan dengan konsep
keanekaragaman secara suku bangsa atau kebudayaan suku bangsa yang
menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multikultural menekankan
keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan. Akar kata dari
multikultural adalah kebudayaan.
Kita harus bersedia menerima kelompok lain secara sama sebagai
kesatuan, tanpa mempedulikan perbedaan suku bangsa, agama, budaya,
gender, bahasa, kebiasaan, ataupun kedaerahan. Multikultural memberi
penegasan, segala perbedaan itu adalah sama di dalam ruang publik.
Dengan kata lain, adanya komunitas yang berbeda saja tidak cukup, sebab
yang terpenting komunitas itu diperlakukan sama oleh negara. Adanya
kesetaraan dalam derajat kemanusiaan yang saling menghormati, diatur
oleh hukum yang adil dan beradab yang mendorong kemajuan dan
menjamin kesejahteraan hidup warganya.
G.
Relativitas Budaya
Menurut Clifford Geertz, meskipun masyarakat Indonesia telah
terbentuk sejak 1945 tetapi penduduk multi etnis, multi agama, multi
bahasa, dan multi rasial cenderung menelusuri identitasnya pada hal-hal
yang asli seperti dari mana mereka berasal dan dibesarkan. Dalam rangka
hidup berkelompok, penduduk akan mencari, membentuk atau memasuki
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
31
organisasi yang anggota-anggotanya berasal dari agama, bahasa, etnik,
dan ras yang dianggap sama. Hal yang demikian itu oleh Geertz dilihat
sebagai pengelompokan yang keanggotaannya didasari ikatan primordial.
Dalam konteks lokal keindonesiaan, di mana pola perikehidupan beragama
sangat beragam dan plural, relativisme budaya merupakan salah satu cara
terbaik untuk menuju sikap arif dan bijak dalam melihat perbedaan-
perbedaan kebudayaan.
Tetapi hal terpenting bahwa dalam keberagaman budaya yang ada
di Indonesia ini adalah kita tidak boleh memahami perilaku kelompok lain
hanya dengan membandingkan kebiasaan dan perilaku budaya sendiri.
Relativisme budaya haruslah dikembangkan dalam memandang
keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Relativisme budaya mampu
menggambarkan kenyataan bahwa fungsi dan arti suatu unsur
kebudayaan tergantung pada lingkungan kebudayaan itu berkembang.
Misalnya suku Eskimo yang selalu menggunakan baju tebal karena hidup
di kutub yang sangat dingin. Konsep relativisme kebudayaan tidak berarti
bahwa semua adat istiadat mempunyai nilai yang sama juga tidak
mengetahui bahwa kebiasaan tertentu pasti merugikan. Di beberapa
tempat beberapa pola perilaku mungkin merugikan tetapi di tempat
tertentu pola semacam itu mungkin mempunyai tujuan dalam
kebudayaannya dan masyarakat itu akan menderita tanpa pola semacam
itu kecuali ada penggantinya.
Pengertian relativisme budaya adalah tidak ada kriteria untuk
menentukan tinggi dan rendahnya, maju dan mundurnya suatu budaya.
Berdasarkan konsep relativisme budaya, semua budaya sama baik dan
luhurnya, sama hebat dan sama agungnya. Pada dasarnya penilaian
budaya harus dilakukan berdasarkan cara pandang budaya itu sendiri.
Budaya sebaiknya jangan dinilai dengan menggunakan tolak ukur budaya
lain, karena tidak akan ada kesesuaian antara yang dinilai dengan alat
penilaiannya. Sebagai contoh, tolak ukur kedewasaan bagi suku bangsa
Nias adalah keberhasilan seorang laki-laki melakukan lompat batu. Hal
itu hanya dapat dinilai dari sudut pandang budaya suku bangsa Nias,
tidak oleh budaya suku bangsa lain.
Setiap kebudayaan memiliki peradaban. Peradaban memiliki
beberapa makna, yaitu hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa
dan kebudayaan suatu suku bangsa serta kemajuan lahir batin (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2001 : 6). Peradaban sama dengan kebudayaan,
apabila peradaban dimaknai sebagai budaya. Dalam hal ini berlaku prinsip
relativisme budaya. Peradaban adalah bagian dari kebudayaan, apabila
peradaban dimaknai sebagai sopan santun dan budi bahasa. Dalam hal
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
32
ini juga berlaku prinsip relativisme budaya. Peradaban adalah bagian dari
kebudayaan, apabila peradaban dimaknai sebagai kemajuan yang
berhubungan dengan teknologi suatu budaya. Dalam hal ini tidak berlaku
prinsip relativisme budaya. Bangsa-bangsa di dunia memiliki peradaban
yang berbeda-beda, ada yang tinggi dan ada yang rendah, ada yang maju
dan ada yang belum maju, tergantung pada perkembangan teknologi
budayanya.
Fokus sentral dalam relativisme budaya adalah bahwa dalam suatu
lingkungan budaya tertentu, beberapa unsur kebudayaan adalah benar
karena unsur-unsur itu sesuai dengan lingkungan tersebut, sedangkan
unsur-unsur lain salah karena unsur tersebut mungkin sangat bertentangan
dengan bagian-bagian kebudayaan lain. Dengan kata lain, suatu
kebudayaan adalah perpaduan dan berbagai unsur dari kebudayaan
haruslah benar-benar serasi apabila unsur-unsur itu diharapkan berfungsi
secara efisien untuk memenuhi kebutuhan manusia.
H. Akibat Keberagaman Budaya di Indonesia
Gejala sosial yang tidak terlihat secara nyata di dalam kehidupan sehari-
hari tetapi yang mendasar dan mendalam di dalam kehidupan masyarakat
Indonesia dapat dilihat melalui suku bangsa. Melalui suku bangsa inilah
sebuah prinsip yang dikembangkan anggotanya mempunyai kekuatan
sosial yang tidak bisa ditawar ataupun dibendung. Hal ini pula yang sering
menimbulkan potensi konflik di daerah. Suku bangsa adalah golongan
sosial yang dibedakan dari golongan sosial lainnya karena mempunyai
ciri-ciri paling mendasar dan umum berkaitan dengan asal usul dan tempat
asal serta kebudayaannya. Adapun ciri-ciri suku bangsa adalah:
1.
Secara tertutup berkembang biak dalam kelompoknya.
2.
Memiliki nilai-nilai dasar yang terwujud dan tercermin dalam
kebudayaan.
3.
Mewujudkan arena komunikasi dan interaksi.
4.
Mempunyai anggota yang mengenali dirinya serta dikenal oleh orang
lain sebagai bagian dari satu kategori yang dibedakan dengan yang
lain.
Ketika seseorang yang menjadi bagian dari suku bangsa tertentu
mengadakan interaksi maka akan nampak adanya simbol-simbol atau
karakter khusus yang digunakan untuk mengekspresikan perilakunya
sesuai dengan karakteristik suku bangsanya. Misalnya ciri-ciri fisik atau
rasial, gerakan-gerakan tubuh atau muka, ungkapan-ungkapan
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
33
kebudayaan, nilai-nilai budaya serta keyakinan keagamaan. Seseorang
yang dilahirkan dalam keluarga suku bangsa tertentu maka sejak
dilahirkannya mau tidak mau harus hidup dengan berpedoman pada
kebudayaan suku bangsanya sebagaimana yang digunakan oleh orang
tua dan keluarganya dalam merawat dan mendidiknya sehingga menjadi
manusia sesuai dengan konsepsi kebudayaannya tersebut.
Sadar atau tidak sadar masyarakat suku bangsa ini mengembangkan
ikatan-ikatan yang bersifat primordial, yaitu pemikiran yang mengutamakan
atau menonjolkan kepentingan suatu kelompok atau komunitas tertentu
dalam hal ini tentu saja kelompoknya sendiri. Karena itu kebudayaan suku
bangsa, bagi anggota-anggota suku bangsa yang bersangkutan, adalah
sebuah pedoman bagi kehidupan yang primordial atau yang pertama
dipelajari dan diyakini kebenarannya serta yang utama di dalam kehidupan
mereka, atau sudah mendarah daging dalam kehidupan mereka.
Kemudian yang terjadi kemudian adalah munculnya pandangan
etnosentrisme yaitu suatu pandangan yang menyebutkan bahwa
kelompoknya adalah pusat segalanya dan semua kelompok yang lain
dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar kelompok tadi. Dengan
mengatakan bahwa suku bangsa sendirilah yang paling baik merupakan
pandangan etnosentrisme. Menurut kalian apakah etnosentrisme ini baik
atau buruk? Etnosentrisme merupakan pengembangan sifat yang mampu
meningkatkan nasionalisme dan patriotisme suatu bangsa tertentu. Tanpa
etnosentrisme maka kesadaran nasional untuk mempertahankan suatu
bangsa dan meningkatkan integrasi bangsa akan sangat sulit dicapai. Selain
itu dengan etnosentrisme juga mampu menghalangi perubahan yang
datang dari luar baik yang akan menghancurkan kebudayaan sendiri
maupun yang mampu mendukung tujuan masyarakat suku bangsa
tersebut. Masih sulit memang mengatakan bahwa etnosentrisme ini baik
atau buruk. Bagaimana menurut kalian? Apakah pengembangan sikap
etnosentrisme ini adalah sikap yang perlu diambil oleh penduduk suku
bangsa?
I. Alternatif Penyelesaian Akibat Keberagaman
Budaya Melalui Interaksi Lintas Budaya
Setiap suku bangsa memiliki budaya yang unik dan khas. Bangsa
Indonesia terdiri dari ratusan (364 - 656) suku bangsa. Perihal suku bangsa,
Fredrich Barth menjelaskan; "kategori kesukuan (etnisitas) sebagai
klasifikasi orang-orang dalam konteks 'identitas umum yang paling dasar
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
34
(
basic most general identity
),' yang ditentukan oleh asal dan latar belakang
orang-orang itu. Atribut penting yang pada dasarnya mengidentifikasi
etnisitas ini ialah faktor-faktor primordial seperti bahasa daerah, adat
istiadat, nilai-nilai simbolik, agama dan teritorial. (Herimanto, 2001 : 21)
Setiap suku bangsa memiliki identitas umum yang paling dasar yang
membentuk kesamaan antara orang-orang dalam satu suku bangsa.
Identitas umum itu juga membentuk perbedaan dengan orang-orang di
luar suku bangsanya. Identitas umum yang paling dasar itu membentuk
dan terlihat dari budaya suku bangsa yang khas dan unik. Bila setiap suku
bangsa di Indonesia memiliki budaya sendiri, kalian dapat bayangkan di
Indonesia terdapat banyak sekali budaya, berkisar antara 364 sampai
dengan 656 budaya suku bangsa. Kalian akan sampai pada kesimpulan,
di Indonesia sudah pasti terdapat keberagaman budaya.
Setiap kelompok sosial, apapun perwujudannya, telah
mengembangkan pola-pola interaksi yang membaku, sehingga dapat
menjamin ketertiban interaksi sesama warga. Persoalan timbul ketika
individu-individu itu bertemu dengan individu dari kelompok lain yang
tidak jelas kedudukan sosial atau identitas dirinya. Pada banyak komunitas
adat yang ketat membedakan antarwarga dengan bukan warga,
kehadiran orang asing itu terpaksa dilalui dengan upacara adopsi untuk
mempermudah perlakuan, kecuali kalau yang bersangkutan akan tetap
diperlakukan sebagai orang luar atau hendak diperlakukan sebagai musuh.
Hal ini tercermin antara lain dalam upacara penyambutan pejabat dari
pusat di daerah Tapanuli di masa lampau. Para tamu itu biasanya disambut
dengan upacara yang memperjelas kedudukannya dalam struktur sosial
masyarakat Batak yang terikat dalam hubungan perkawinan tiga marga
(
dalihan na tolu
). Pada komunitas perang Dani di pegungungan
Jayawijaya, di luar kelompok kerabat patrilineal, hubungan periparan
antarmereka berasal dari kelompok sosial yang berlainan sangat kuat
karena itu, untuk mempermudah perlakuan terhadap orang "asing",
upacara kelahiran kembali biasanya dilakukan terhadap tamu yang
dihormati, untuk menentukan pola-pola perlakuan yang layak dan efektif.
Bahkan di masa lampau, untuk membenarkan kewenangan Gubernur
Jenderal Van Imhoff, sebagai wakil ratu Belanda, yang mengundang raja
Jawa sebagai penguasa tertinggi di Mataram, terpaksa diperlakukan
sebagai Kanjeng Eyang Paduka tuan Gubernur Jenderal yang
menunjukkan senioritas dalam kekerabatan.
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
35
Sesungguhnya walaupun sebagai makhluk sosial manusia itu
cenderung untuk hidup berkelompok, akan tetapi ia tidak mungkin
menghindarkan diri dari pergaulan lintas kelompok dalam
mempertahankan hidup dan mengembangkan kehidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Manusia itu merupakan makhluk yang paling tinggi
mobilitasnya dan sejak awal kehadirannya di muka bumi. Terdorong oleh
kebutuhan hidup yang tidak mungkin dipenuhi dalam lingkungan sendiri,
ataupun karena dorongan keingintahuan mencari pengalaman baru,
mereka seringkali melakukan perjalanan dan terlibat dalam interaksi sosial
lintas budaya itu sendiri.
Sebagaimana halnya dengan kebutuhan akan identitas individu dalam
penataan kehidupan bermasyarakat, setiap kelompok sosial juga
memerlukan identitas kolektif (
group identity
) sebagai sarana penataan
sosial (
organizing reference
) untuk mempermudah pergaulan lintas
kelompok sosial. Berbagai identitas kelompok dikembangkan untuk
memperkuat kesadaran kolektif (
peoplehood
), antara lain kelompok suku
bangsa (
ethnic group
) yang dilandasi oleh keyakinan akan asal-usul nenek
moyang bersama, baik yang nyata maupun fiktif, serta kesamaan
pengalaman sosial dan kebudayaan yang mengikat kesetiakawanan sosial.
Kesadaran menjadi anggota kelompok itu menjamin rasa aman atau
setidak-tidaknya kenyamanan bagi yang bersangkutan.
Untuk memelihara kesetiakawanan sosial kelompok suku bangsa,
biasanya mereka mengembangkan simbol-simbol yang selain diyakini
kebenarannya, juga mudah dikenal, seperti bahasa, adat istiadat dan
agama. Walaupun tidak setiap kelompok suku bangsa mempunyai bahasa
yang berbeda dengan kelompok lain, akan tetapi sesungguhnya ia lebih
mengutamakan simbol-simbol yang membedakan dengan bahasa lainnya
daripada kenyataan yang sesungguhnya dipergunakan oleh segenap
anggotanya. Contoh nyata adalah orang Batak yang telah memeluk agama
Islam, walaupun mereka masih menggunakan bahasa Batak dalam
pergaulan sehari-hari, mereka cenderung untuk mengaku sebagai orang
Melayu dengan membuang nama marganya. Sebaliknya orang-orang
Dayak yang memeluk agama Islam cenderung membuang identitas
kesukubangsaannya. Suku bangsa dayak menggunakan bahasa Melayu
dalam pergaulan sehari-hari.
Agama seringkali digunakan sebagai identitas kelompok suku bangsa
yang esensial, seperti orang Melayu dan orang Betawi. Akan tetapi orang
Jawa biasa beragama Islam, Budha maupun Nasrani. Demikian pula adat
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
36
istiadat, seperti gaya hidup, makanan, pakaian dan bentuk perumahan,
seringkali digunakan sebagai simbol kesukubangsaan yang membedakan
dengan kelompok suku bangsa yang lain. Akan tetapi sesungguhnya di
samping perbedaan yang memang makin nyata, seringkali lebih banyak
persamaannya, terutama di antara suku-suku bangsa yang berdekatan
wilayah dan terlibat dalam interaksi sosial yang intensif. Sebaliknya dalam
satu suku bangsa yang besar, bisa berkembang berbagai adat istiadat yang
berbeda, seperti antara orang Solo dengan Yogyakarta.
Betapapun masing-masing suku bangsa merasa bahwa mereka
memiliki simbol-simbol tertentu yang diyakini perbedaannya dengan
simbol-simbol suku bangsa lainnya, dan berfungsi sebagai media sosial
yang memperkuat kesetiakawanan sosial mereka. Walaupun demikian,
sesungguhnya kesetiakawanan sosial antarsesama warga dalam suatu suku
bangsa itu tidak sekuat kesetiakawanan yang terbentuk dalam kelompok-
kelompok sosial yang lebih kecil dan mempunyai profesi yang sama sebagai
koorperasi (
coporate group
) jauh di luar lingkungan pemukiman asalnya.
Tidak jarang terjadi interaksi sosial lintas budaya yang tidak imbang,
sehingga menimbulkan kesan adanya dominasi suatu suku bangsa dan
kebudayaan tertentu atas suku bangsa ataupun golongan sosial dan
kebudayaan-kebudayaan lainnya. Sejarah membuktikan betapa ambisi
para penguasa untuk memperluas pengaruh ke luar lingkungan
kesukubangsaan maupun kebudayaannya telah memperkaya bentuk dan
ragam pola-pola interaksi lintas budaya di masa lampau yang
meninggalkan bekas-bekas yang positif maupun negatif.
Keputusan untuk memberlakukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
resmi itu bukan hanya mengukuhkan media sosial yang diperlukan untuk
memperlancar interaksi lintas budaya dalam masyarakat majemuk,
melainkan juga mematahkan salah satu lambang arogansi sosial. Jasa lain
yang tidak boleh diabaikan adalah pembentukan organisasi rukun
tetangga sebagai komunitas lokal yang mempersatukan segenap warganya
tanpa memandang asal usul kesukubangsaan, golongan maupun latar
belakang kebudayaannya. Konsep ketegangan inilah yang selanjutnya
akan memainkan peranan penting dalam menciptakan arena sosial yang
dapat menjamin kebutuhan akan rasa aman warganya, bebas dari
kecurigaan dan prasangka kesukubangsaan, golongan maupun perbedaan
kebudayaan. Sesungguhnya, di samping kesamaan ideologi, bahasa dan
ketetanggaan sebagai suatu kesatuan sosial yang nyata merupakan media
sosial yang dapat diandalkan dalam membangun interaksi lintas budaya
pada masyarakat perkotaan yang heterogen penduduknya.
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
37
Kalian telah memahami tentang pluralitas masyarakat Indonesia
sebagai akibat sejarah dan faktor alam. Berbagai kebudayaan muncul dan
berkembang pesat di Indonesia sehingga menuntut semakin besarnya
pengaruh budaya dalam kehidupan bermasyarakat. Berbagai potensi
kebudayaan lokal yang berkembang disatukan dengan suatu konsep
kebudayaan nasional sehingga diharapkan lokalitas dan karateristik suatu
budaya tertentu tetap diakui eksistensinya.
Persoalan dalam keberagaman budaya adalah munculnya berbagai
konflik antarsuku bangsa, agama, status sosial ekonomi, dan lain-lain. Ini
merupakan suatu persoalan yang memerlukan sebuah pemikiran
bagaimana mengakomodasi antarbudaya tersebut dapat berlangsung
dengan adil. Berbagai upaya dalam mempersatukan kebudayaan yang
ada di lokal memang sulit. Di bab sebelumnya kalian telah mempelajari
sebuah alternatif penyelesaian dalam mengatasi konflik antarsaudara ini
melalui pendidikan multikulturalisme. Sebagai sebuah paham yang
mengedepankan hak asasi manusia, persamaan di semua bidang
merupakan satu upaya yang harus dilakukan. Sangat sulit memang untuk
mencegah terjadinya konflik yang berkepanjangan karena masing-masing
kebudayaan mempunyai tujuan atau pola hidup yang berbeda.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa pluralitas bangsa Indonesia
merupakan suatu fakta yang harus dihadapi bersama dengan
pengembangan sikap toleransi dan empati agar eksistensi budaya lokal
tetap lestari dan terjaga.
J. Sikap Dalam Menanggapi Keberagaman Budaya
Dengan berbagai persoalan keberagaman budaya tersebut
memunculkan sebuah pemahaman baru tentang budaya daerah yang
mempunyai ciri khas dan karateristik sendiri yang berbeda dengan yang
lain sehingga perlu dipertahankan. Yang terjadi kemudian adalah
munculnya pandangan etnosentrisme yaitu suatu pandangan yang
menyebutkan bahwa kelompoknya adalah pusat segalanya dan semua
kelompok yang lain dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar
kelompok tadi. Dengan mengatakan bahwa suku bangsa sendirilah yang
paling baik merupakan pandangan etnosentrisme. Etnosentrisme
merupakan pengembangan sifat yang mampu meningkatkan nasionalisme
dan patriotisme suatu bangsa tertentu. Tanpa etnosentrisme maka
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
38
kesadaran nasional untuk mempertahankan suatu bangsa dan
meningkatkan integrasi bangsa akan sangat sulit dicapai. Selain itu dengan
etnosentrisme juga mampu menghalangi perubahan yang datang dari luar
baik yang akan menghancurkan kebudayaan sendiri maupun yang
mampu mendukung tujuan masyarakat suku bangsa tersebut. Masih sulit
memang mengatakan bahwa etnosentrisme ini baik atau buruk.
Bagaimana menurut kalian? Apakah pengembangan sikap etnosentrisme
ini adalah sikap yang perlu di ambil oleh penduduk suku bangsa?
Tetapi hal terpenting bahwa dalam keberagaman budaya yang ada
di Indonesia ini adalah kita tidak boleh memahami perilaku kelompok lain
hanya dengan membandingkan kebiasaan dan perilaku budaya sendiri.
Relativisme budaya haruslah dikembangkan dalam memandang
keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Relativisme budaya mampu
menggambarkan kenyataan bahwa fungsi dan arti suatu unsur
kebudayaan tergantung pada lingkungan kebudayaan itu berkembang.
Misalnya suku Eskimo yang selalu menggunakan baju tebal karena hidup
di kutub yang sangat dingin. Konsep relativisme kebudayaan tidak berarti
bahwa semua adat istiadat mempunyai nilai yang sama juga tidak
mengetahui bahwa kebiasaan tertentu pasti merugikan. Di beberapa
tempat beberapa pola perilaku mungkin merugikan tetapi di tempat lain
pola semacam itu mungkin mempunyai tujuan dalam kebudayaannya
dan masyarakat itu akan menderita tanpa pola semacam itu kecuali ada
penggantinya. Dalam konteks lokal ke-Indonesiaan, di mana pola
perikehidupan beragama sangat beragam dan plural maka relativisme
budaya merupakan salah satu cara terbaik untuk menuju sikap arif dan
bijak dalam melihat perbedaan-perbedaan kebudayaan.
Analogi Budaya:
Coba kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan pada diri kalian
Maraknya konflik di masyarakat yang bermuatan SARA sering terjadi
akhir-akhir ini. Coba diskusikan dengan teman-teman kalian apa faktor
penyebabnya serta bagaimana solusi yang terbaik untuk
mengatasinya. Coba kalian lakukan kegiatan yang dapat
meningkatkan integrasi nasional. Misalnya memberi bantuan daerah
lain yang terkena musibah banjir atau gempa bumi.
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
39
K. Pengembangan Sikap Toleransi dan Empati Sosial
Terhadap Keberagaman Budaya di Indonesia
Telah diketahui bersama bahwa para pendiri Indonesia sejak awal telah
menyadari keberagaman budaya sehingga penting untuk
mengembangkan kerangka nilai atau etos budaya sehingga mampu
mempersatukan masyarakat Indonesia dalam kerangka kehidupan
berbangsa dan bernegara. Kesadaran itu dituangkan dalam UUD 1945,
pasal 32 yang berbunyi Pemerintah memajukan kebudayaan nasional
Indonesia. Hal ini diperkuat lagi dalam butir penjelasannya yang
menyebutkan bahwa:
"Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah
usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan-kebudayaan lama
dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-
daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha
kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan
dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang
dapat mengembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri
serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia".
Berdasarkan penjelasan tersebut,
nyatalah bahwa perkembangan kebudayaan
bangsa yang hendak dimajukan itu tidak
mungkin dibiarkan terselenggara tanpa
memperhatikan keberagaman masyarakat
dengan segala kebutuhan yang timbul dalam
proses perkembangan masyarakat bangsa.
Kita harus bersedia menerima kelompok lain
secara sama sebagai kesatuan, tanpa
mempedulikan perbedaan suku bangsa,
agama, budaya, gender, bahasa, kebiasaan,
ataupun kedaerahan. Adanya kesetaraan
dalam derajat kemanusiaan yang saling
menghormati, diatur oleh hukum yang adil
dan beradab yang mendorong kemajuan dan
menjamin kesejahteraan hidup warganya.
Sumber:
Indonesian Heritage 8
Gambar 1.12
Sikap toleransi dan
simpati perlu dikembangkan
terhadap keberagaman budaya
supaya tercipta keharmonisan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
40
Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan hanya mungkin terwujud
dalam praktik nyata dengan adanya pranata sosial, terutama pranata
hukum yang merupakan mekanisme kontrol secara ketat dan adil dalam
mendukung dan mendorong terwujudnya prinsip demokrasi dalam
kehidupan nyata. Masyarakat Indonesia harus memiliki toleransi terhadap
perbedaan dalam bentuk apapun. Diskriminasi sosial, politik, budaya,
pendidikan dan ekonomi secara bertahap harus dihilangkan untuk
menegakkan demokrasi demi kesejajaran dalam kesederajatan
kemanusiaan sebagai bangsa Indonesia.
Pada banyak komunitas adat yang ketat membedakan antarwarga
dengan bukan warga, kehadiran orang asing itu terpaksa dilalui dengan
upacara adopsi untuk mempermudah perlakuan, kecuali kalau yang
bersangkutan akan tetap diperlakukan sebagai orang luar atau hendak
diperlakukan sebagai musuh. Hal ini tercermin antara lain dalam upacara
penyambutan pejabat dari pusat di daerah Tapanuli di masa lampau. Para
tamu itu biasanya disambut dengan upacara yang memperjelas
kedudukannya dalam struktur sosial masyarakat Batak yang terikat dalam
hubungan perkawinan tiga marga (
dalihan na tolu
). Pada komunitas
perang Dani di pegunungan Jayawijaya, di luar kelompok kerabat
patrilineal, hubungan periparan antarmereka berasal dari kelompok sosial
yang berlainan sangat kuat, karena itu untuk mempermudah perlakuan
terhadap orang "asing", upacara kelahiran kembali biasanya dilakukan
terhadap tamu yang dihormati, untuk menentukan pola-pola perlakuan
yang layak dan efektif. Bahkan di masa lampau, untuk membenarkan
kewenangan Gubernur Jenderal Van Imhoff, sebagai wakil ratu Belanda,
yang mengundang raja Jawa sebagai penguasa tertinggi di Mataram,
terpaksa diperlakukan sebagai Kanjeng Eyang Paduka Tuan Gubernur
Jenderal yang menunjukkan senioritas dalam kekerabatan.
Untuk memelihara kesetiakawanan sosial kelompok suku bangsa itu
biasanya mengembangkan simbol-simbol yang selain diyakini
kebenarannya, juga mudah dikenal, seperti bahasa, adat istiadat dan
agama. Walaupun tidak setiap kelompok suku bangsa mempunyai bahasa
yang berbeda dengan kelompok lain, akan tetapi sesungguhnya lebih
mengutamakan simbol-simbol yang membedakan dengan bahasa lainnya
daripada kenyataan yang sesungguhnya dipergunakan oleh segenap
anggotanya. Betapapun masing-masing suku bangsa merasa bahwa
mereka memiliki simbol-simbol tertentu yang diyakini perbedaannya
dengan simbol-simbol suku bangsa lainnya, dan berfungsi sebagai media
sosial yang memperkuat kesetiakawanan sosial mereka.
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
41
Selain itu banyak di antara suku-suku bangsa dan golongan sosial
yang terlibat dalam interaksi lintas budaya secara serasi dan bahkan
melahirkan suku-suku bangsa baru sebagai hasil amalgamasi ataupun
asimilasi. Salah satu bentuk amalgamasi yang melahirkan suku bangsa
baru adalah yang terjadi di Batavia. Penduduk setempat yang berdatangan
dari berbagai tempat dengan keanekaragaman latar belakang kebudayaan
mereka itu berhasil mempersatukan diri sebagai orang Betawi yang
dipimpin oleh Muhammad Husni Thamrin pada tahun 1923. Masing-
masing kelompok suku bangsa maupun golongan yang ada
menanggalkan simbol-simbol kesukubangsaan mereka dan kemudian
mengembangkan simbol-simbol kesukubangsaan baru yaitu agama Islam
sebagai media sosial yang memperkuat kesetiakawanan sosial.
Jepang yang berusaha memenangkan simpati dari rakyat Indonesia,
terutama dengan memaksakan penggunaan bahasa Indonesia sebagai
bahasa resmi maupun dalam pergaulan sosial sehari-hari. Pengaruh
kebijaksanaan tersebut sangat besar artinya dalam pengembangan budaya
yang mencerminkan kesetaraan pada masyarakat Indonesia selanjutnya.
Keputusan untuk memberlakukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
itu bukan hanya mengukuhkan media sosial yang diperlukan melainkan
juga mematahkan salah satu lambang arogansi sosial. Jasa lain yang tidak
boleh diabaikan adalah pembentukan organisasi rukun tetangga (RT)
sebagai komunitas lokal yang mempersatukan segenap warganya tanpa
memandang asal usul kesukubangsaan, golongan maupun latar belakang
kebudayaannya. Konsep ketetanggaan inilah yang selanjutnya akan
memainkan peranan penting dalam menciptakan arena sosial yang dapat
menjamin kebutuhan akan rasa aman warganya, bebas dari kecurigaan
dan prasangka kesukubangsaan, golongan maupun perbedaan
kebudayaan.
Sementara itu kebebasan berkreasi perlu ditegakkan untuk
memberdayakan masyarakat majemuk Indonesia yang mempunyai
keanekaragaman kebudayaan. Dengan kebebasan berkreasi itu bukan
hanya masyarakat Indonesia akan meningkat kemampuannya untuk
bersaing dalam era globalisasi, melainkan juga dapat menghindarkan
kecenderungan dominasi suku-suku bangsa dan kebudayaan-kebudayaan
Indonesia lainnya. Sebagai contoh dapat dikemukakan betapa
sesungguhnya proyek pencetakan sejuta hektar sawah lahan gambut yang
telah dibatalkan itu sesungguhnya dapat menjurus ke arah dominasi
kebudayaan petani sawah dari Jawa yang dipaksakan kepada orang Dayak
dan kebudayaannya yang dianggap kurang sesuai dengan arah
pembangunan.
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
42
Selain itu pengembangan model pendidikan yang menggunakan
wacana multikultural sangat diperlukan untuk menanamkan nilai-nilai
pluralitas bangsa. Sikap simpati, toleransi dan empati akan tertanam kuat
karena melalui pendidikan multikultural ini masyarakat menyadari adanya
perbedaan sekaligus mengantarkan pada penghayatan nilai-nilai
kebersamaan sebagai dasar dan pandangan hidup bersama. Pendidikan
multikultural mampu mempertahankan simbol-simbol kebudayaan yang
ada di tanah air sehingga masa depan bangsa akan berjalan sesuai karakter
dan jati diri bangsa. Perlunya pengakuan kebudayan Indonesia yang tinggi
dibanding kebudayaan asing lainnya merupakan simbol yang seharusnya
dibangun untuk memperkokoh jati diri dan kepribadian bangsa. Seiring
dengan perkembangan globalisasi dunia, pendidikan multikultural sangat
penting untuk memperkenalkan nilai-nilai budaya lokal yang tidak kalah
menariknya dengan budaya kapitalisme yang ditawarkan di media-media
massa.
Rangkuman
Di Indonesia terdapat beragam budaya yang berbeda-beda.
Melalui sebuah wacana kebudayaan nasional yang mengedepankan
eksistensi budaya lokal merupakan salah satu usaha untuk
menghargai perbedaan budaya yang ada. Melalui kebudayaan
nasional inilah budaya lokalitas tetap tumbuh dan berkembang
sebagai sebuah ciri khas masyarakat Indonesia. Salah satu solusi yang
mampu memberikan pemahaman keberagaman dan persamaan
dalam mengembangan budaya lokal yaitu pendidikan multikultural
yang memandang semua budaya lokal sama tidak adanya kelompok
dominan maupun kelompok inferior sehingga terbangun sebuah
jembatan komunikasi yang mampu meredam disintegrasi bangsa.
Hal ini tertuang dalam pasal 32 yang menyebutkan tentang
pemerintah Indonesia memajukan kebudayaan nasional. Ini
merupakan sebuah komitmen besar bangsa Indonesia untuk tetap
memberikan penghargaan dan eksistensi kebudayaan daerah yang
masih ada. Berbagai kemajemukan ini memerlukan sebuah alternatif
penyelesaian agar ke depan tidak akan menimbulkan sebuah
persoalan baru seperti konflik antar suku. Oleh karena itu suatu
usulan pengembangan dalam kemajemukan Indonesia adalah
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
43
melalui multikultural yang memandang kesederajatan dan kesamaan
terhadap kebudayaan daerah. Prinsip-prinsip penegakan pengakuaan
persamaan kebudayaan menjadi sangat penting untuk mengelola
perkembangan budaya daerah untuk tetap menjadi ciri khas
masyarakatnya.
Sebagai negara yang terdiri dari berbagai elemen budaya yang
berbeda memunculkan berbagai konflik dan ketegangan karena
adanya berbagai perbedaan dalam segala hal seperti bahasa,
kepercayaan, perilaku maupun ras. Ini memang menjadi tantangan
dan tanggungjawab pemerintah Indonesia untuk mengembangkan
konsep relativisme budaya yaitu persamaan dalam memandang
kebudayaan sehingga mampu meminimalisir konflik.
1.
Salah satu karakteristik kebudayaan adalah kebudayaan yang
didasarkan pada simbol. Di bawah ini yang dimaksud dengan simbol
adalah . . . .
a.
sesuatu yang mempunyai makna dan nilai tertentu dari
masyarakat
b.
sesuatu yang dilambangkan lain daripada benda (lambang) itu
sendiri
c.
sesuatu yang nilai dan maknanya berdasarkan bentuk fisiknya
d.
sesuatu hasil karya manusia
e.
sesuatu yang bersifat interaksi sosial manusia
2.
Melemahnya fungsi integrasi bangsa akibat kemajemukan budaya
yang berkembang di Indonesia perlu kebijakan budaya yang
mengarah pada . . . .
a.
etnosentrisme
b.
xenosentrisme
c.
relativisme Budaya
d.
primordialisme
e.
pluralisme Budaya
Uji Kompetensi
A. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan cara
memberi tanda silang (X) pada huruf
a, b, c, d
atau
e
!
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
44
3.
Golongan masyarakat yang tidak mau menerima perubahan disebut
. . . .
a.
rasisme
d.
konservatif
b.
primordialisme
e.
primitif
c.
etnosentrisme
4.
Sekelompok orang yang berasal dari suku bangsa yang sama, daerah
yang sama, namun mereka memeluk agama yang berbeda-beda,
menunjukkan suatu . . . .
a.
kerukunan beragama
b.
perbedaan persepsi
c.
lintas budaya
d.
integrasi nasional
e.
kekerabatan keluarga
5.
Masyarakat multikultural dapat diberi pengertian sebagai masyarakat
yang . . . .
a.
ditandai adanya jumlah penduduk dalam jumlah besar
b.
terdiri dari keberagaman budaya yang memiliki karakter unik
dengan berlandaskan kebersamaan
c.
terdiri dari kelompok-kelompok yang memiliki pendapatan
ekonomi yang tinggi
d.
tinggal menetap di daerah-daerah yang saling berjauhan
e.
penuh konflik yang mengancam disintegrasi bangsa
6.
Walaupun tidak praktis dan banyak menghabiskan waktu, tenaga
dan uang tetapi masyarakat Indonesia masih memegang nilai-nilai
budaya dengan menyelenggarakan upacara-upacara adat. Hal seperti
ini berarti . . . .
a.
budaya kemiskinan bangsa Indonesia
b.
keterbelakangan masyarakat Indonesia yang tidak mau berubah
c.
masyarakat Indonesia senang menghambur-hamburkan uang
d.
kuatnya rasa primordialisme masyarakat Indonesia
e.
masih konservatifnya masyarakat Indonesia
7.
Pengembangan sifat primordialisme suku bangsa tertentu dapat
mengakibatkan suatu masyarakat bangsa . . . .
a.
terwujudnya integrasi bangsa
b.
terjadinya asimilasi dan akulturasi
c.
etnopolitic conflict
d.
berkembangnya kebudayaan dominan suku bangsa tertentu
e.
peleburan dua kebudayaan menjadi kebudayaan nasional
Kesamaan dan Keanekaragaman Budaya
45
8.
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk ini tanpa
disadari antar sukubangsa sering mengadakan interaksi antarbudaya.
Hal ini berarti mempercepat terjadinya . . . .
a.
integrasi bangsa
b.
amalgamasi
c.
asimilasi
d.
etnopolitic
e.
cross culture
9.
Sikap menghargai perbedaan yang ada di dalam suku bangsa dapat
dilakukan dengan melalui . . . .
a.
pendidikan multikultural
b.
intervensi negara
c.
ajaran agama
d.
tokoh masyarakat/adat
e.
kebudayaan nasional
10. Salah satu penyebab konflik antarsuku bangsa adalah etnosentrisme
yang kuat. Di bawah ini yang dimaksud dengan etnosentrisme adalah
. . . .
a.
kecenderungan setiap kelompok untuk percaya begitu saja akan
keunggulan kebudayaan sendiri
b.
adanya perbedaan ciri-ciri fisik yang menjadi bawaan sejak lahir
c.
pandangan yang berdasarkan pada prasangka
d.
penilaian terhadap bagian-bagian kebudayaan lain dibandingkan
dengan kebudayaan asing
e.
peleburan kebudayaan menjadi satu kebudayaan
1.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan relativisme budaya?
2.
Apakah yang dimaksud dengan etnosentrisme, berikan contohnya?
3.
Jelaskan mengapa keberagaman budaya yang ada di Indonesia
berpotensi terjadinya konflik?
4.
Apakah yang dimaksud dengan suku bangsa?
5.
Apakah yang dimaksud dengan primordialisme?
B.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jelas
dan benar!
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
46
Proyek:
Untuk melihat situasi berbagai konflik yang pernah terjadi di
Indonesia, cobalah kalian ambil salah satu contoh kasusnya dan
berikan komentar dan solusinya menurut pendapat kalian
berdasarkan pada hasil diskusi yang telah dilakukan. Dari mulai
penyebab konflik sampai pada berbagai upaya penyelesaian misalnya
melalui perundingan atau pertemuan antar tokoh masyarakat.
Carilah di koran/majalah, buku, artikel, jurnal, dan lain-lain yang
relevan
Coba kembangkan kecakapan hidup kalian!